REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Banjir di Korea Selatan menyebabkan 14 orang meninggal dan lebih dari 1.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah 42 hari hujan berturut-turut. Musim hujan terpanjang dalam tujuh tahun terakhir di Korea Selatan ini memicu banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah.
Hujan deras ini menggenangi tanah pertanian dan membanjiri sebagian jalan raya dan jembatan utama di Seoul. Para korban termasuk tiga warga Selandia Baru ditemukan meninggal pada Senin (3/8) setelah tanah longsor melanda pondok liburan di Gapyeong.
Kementerian Luar Negeri Selandia Baru mengatakan, mereka mengetahui kematian itu dan memberikan bantuan konsuler. Namun, Pemerintah Selandia Baru tidak menguraikan secara lebih rinci.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan keprihatinannya terhadap dampak hujan tersebut. Ia mendesak jajarannya untuk melakukan upaya yang maksimal untuk mencegah kematian lebih lanjut.
Sebagian besar jalan dan jembatan banjir di sepanjang Sungai Han. Hal ini menyebabkan lalu lintas dan infrastruktur rusak. Namun pada Selasa (4/8) fasilitas ini kembali beroperasi.
Sementara itu, di Korea Utara, media pemerintah juga memperingatkan kemungkinan banjir. "Semua sektor ekonomi nasional sedang mengambil langkah-langkah untuk mencegah kerusakan akibat hujan lebat," kata kantor berita negara KCNA dilansir dari Reuters.