Selasa 04 Aug 2020 20:26 WIB

Main Mata Erdogan dengan Hayat Tahrir Al-Sham (HTS)?

Erdogan mempunyai keterkaitan erat dengan Hayat Tahrir Al-Sham

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Pasukan pemberontak Suriah berjalan di sebuah kawasan di Idlib, Suriah, Kamis (9/2).
Foto:

Mereka secara singkat dengan cepat menjadi pemain yang tangguh di Idlib. Kelompok ini berani menantang HTS dalam wilayah kekuasaannya sendiri.  

Fakta bahwa mereka menghancurkan Idlib dan menyebabkan warga sipil melarikan diri dalam jumlah besar tidak membuat Erdogan marah. Yang penting baginya adalah pemisahan antara HTS dan Hurras al-Din terus memberdayakan dirinya di meja perundingan. 

Dua kelompok ini membuat proxy Erdogan menonjol dan dipandang moderat. Di sisi lain, kondisi ini memberi Rusia lebih banyak alasan untuk mempertahankan kehadiran militer Turki di daerah tersebut.  

Pada bulan Juni, HTS, dalam koordinasi langsung dengan Turki, melakukan serangkaian operasi mengesankan yang bertujuan mengubah citra dirinya sebagai sekutu dalam perang melawan teror. Sebagai permulaan, anggota HTS menangkap Saraj al-Din Mukhtarov, alias Abu Salah al-Uzbaki, seorang jihadis terkenal yang dicari Interpol. 

Mukhtarov, menurut laporan, akan ditransfer ke tahanan Turki di mana Ankara berencana untuk menggunakannya sebagai alat tawar-menawar dalam pembicaraan di masa depan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa. 

Militan HTS juga membunuh Khaled al-Arouri, alias Abu Qassim al-Urduni, seorang komandan jihad berpangkat tinggi dari Hurras al-Din. Tetapi, yang lebih penting, HTS  menangkap teroris terkenal Jamaah Zeinah, alias Abu Malek al-Talli. Ia merupakan teman dekat dan kawan al-Golani yang membelot dari HTS pada April. Al-Talli berasal dari daerah Qalamoon di Suriah dan merupakan mantan pendiri Jabhat al-Nusra.  

Al-Talli pula sosok yang menculik para biarawati Maaloula dan tentara Lebanon di Arsal pada 2014. Pada Juni, ia sendirian menyatukan lima kelompok jihad yang menentang perjanjian Turki-Rusia di Idlib, menciptakan sebuah kelompok yang disebut "Fa Ithbato" atau "Tahan Posisi Anda".  

Lima kelompok yang berada di bawah komandonya adalah Tansikiyat al-Jihad (Komite Koordinasi Jihad), Liwa al-Muqatileen al-Ansar (semua orang asing), Ansar al-Din (dipimpin Abu Abdullah al-Shami), Hurras al-Din dan Ansar al-Islam. 

HTS menyatakan mereka semua adalah pelanggar hukum, dan mengatakan tidak ada kelompok militer yang bisa didirikan di utara Suriah tanpa izinnya. Pada pertengahan Juli, sebagian besar pangkalan mereka diserbu HTS dan komandan utama mereka tewas atau ditangkap. 

Erdogan akan menggunakan kemenangan ini melawan Hurras al-Din. Hal tersebut juga ia gunakan untuk menunjukkan pada dunia serta Rusia bahwa ia bergerak maju dengan tugas membersihkan Idlib dari pengikut agama garis keras maupun jihadis radikal. 

Sebagai gantinya, ia akan menuntut konsesi yang lebih besar, vis-à-vis  mendapatkan status permanen untuk pasukannya dan tindakan lebih terhadap Kurdi Suriah. 

Erdogan telah menerima lampu hijau untuk meningkatkan jumlah pos pemeriksaan Turki di Suriah. Dari jumlah awal 12 menjadi 47, dengan tiga di antaranya berada jauh di dalam wilayah kekuasaan Rusia di pedesaan Hama dan Latakia.  

photo
Bantuan kemanusiaan PBB sebanyak 89 truk dikirim ke Provinsi Idlib pada Kamis. Ilustrasi. - (Anadolu Agency)

Ia berharap, "keberhasilan" ini pada akhirnya dapat mengarah pada penghapusan HTS dari daftar hitam semua orang, kecuali mungkin Pemerintah Suriah.  

Sementara pemerintah Suriah terus menunjuk HTS sebagai kelompok teroris, tidak ada bedanya dengan al-Qaeda atau ISIS, Rusia lebih berhati-hati. Rusia menyadari mereka terlalu sulit untuk diberantas karena tahu medan di dalam dan luar dan sangat tertanam dalam diri komunitas mereka. 

Moskow lebih suka penyelesaian yang dinegosiasikan dengan para komandan HTS, yang mengarah pada penyerahan senjata mereka dan menyetujui persyaratan rekonsiliasi yang dijabarkan oleh markas mereka di Hmeimeem, pantai Suriah. 

"Sepertinya Turki berusaha menghadirkan HTS sebagai kelompok yang mampu, setidaknya untuk sekarang, dalam memberantas kelompok radikal seperti Hurras al-Din," kata seorang jurnalis Suriah dari Idlib yang merupakan editor senior di Asharq Alawsat, London, Ibrahim Hamidi, dilansir di Eeradicalization, Selasa (4/8).  

Ia menjelaskan, HTS ingin menjadi pemain tunggal di Idlib. Patut dicatat, dalam KTT Putin-Erdogan terakhir, tidak ada kecaman dari HTS seperti apa yang terjadi selama pertemuan puncak mereka pada September 2019. HTS adalah kartu penting di tangan orang Turki, yang tidak akan menyerah secara gratis.  

Kesimpulannya, terlepas dari upaya Erdogan untuk menumpuk kartu-kartu itu, ia hanya memiliki sedikit hal untuk ditunjukkan bagi dirinya sendiri. Seorang pakar Suriah yang terkenal dan mantan duta besar Belanda untuk Timur Tengah, Nikolaos van Dam, menyebut Turki mencapai kebalikan dari apa yang dituju.  

"Erdogan ingin menggulingkan rezim di Damaskus, tetapi gagal melakukannya. Ini memungkinkan miliaran dolar pengiriman senjata melintasi perbatasannya ke Suriah, yang sebagian berakhir di tangan kelompok-kelompok Islam radikal. Ia ingin menetralisir PYD / YPG Kurdi yang terhubung dengan PKK, tetapi PYD / YPG menjadi lebih kuat dari sebelumnya," katanya. 

Turki lantas memutuskan untuk menjauh dari konfrontasi langsung di Idlib. Mereka membuka kesempatan bagi kelompok-kelompok ini untuk melemahkan diri sendiri dan saingan mereka dengan saling bertarung. 

"Rezim Suriah tidak akan keberatan jika Turki melenyapkan kelompok-kelompok ini untuk mereka. Tetapi suatu hari Suriah akan berbaris melawan mereka yang didukung oleh Turki, dalam upaya untuk memulihkan semua wilayah Suriah, termasuk bagian-bagian yang ditempati oleh Turki sendiri," lanjutnya. 

 

 

https://eeradicalization.com/why-erdogan-is-not-serious-about-eliminating-hayat-tahrir-al-sham/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement