REPUBLIKA.CO.ID, LYON -- Badan kepolisian global, Interpol, memperingatkan tentang tingkat kejahatan siber yang mengkhawatirkan selama pandemi Covid-19. Para penjahat mengambil keuntungan dari orang-orang yang bekerja dari rumah.
Sebuah pengayaan oleh organisasi tersebut menemukan pergeseran target yang signifikan. Penjahat yang sebelumnya menyerang bisnis kecil atau individu semakin berani menyerang perusahaan besar, pemerintah dan infrastruktur.
"Penjahat dunia maya meningkatkan serangan mereka pada kecepatan yang mengkhawatirkan, mengeksploitasi ketakutan dan ketidakpastian yang disebabkan oleh situasi sosial dan ekonomi yang tidak stabil akibat Covid-19," kata Sekjen Interpol Juergen Stock, dilansir di Channel News Asia, Selasa (4/8).
Ia mengatakan, meningkatkan ketergantungan terhadap jaringan internet menciptakan peluang baru bagi penjahat dunia maya. Sebab, Interpol melihat banyak individu dan dan perusahaan yang tidak memperbarui perlindungan siber mereka.
Interpol mengatakan, para penjahat dunia maya mengirimkan email bertema phising, yakni upaya mendapatkan data rahasia pengguna. Seringkali menyamar sebagai pejabat pemerintah atau petugas kesehatan.
Di dalam dua pekan pertama April 2020, terjadi peningkatan ramsomware. Hal ini menyebabkan pengguna harus membayar uang agar komputer mereka dapat bekerja kembali.
Ada juga peningkatan penyebaran berita palsu dan informasi yang salah. Terkadang penyebaran berita tersebut juga diam-diam mengandung malware yang akhirnya mengganggu sistem komputer.
"Kerentanan terkait bekerja dari rumah dan potensi peningkatan keuntungan finansial akan membuat penjahat dunia maya terus meningkatkan aktivitas mereka dengan metode yang lebih maju dan canggih," kata dia lagi.