REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison menilai ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) tidak sedramatis yang dibayangkan. Sebelumnya, sejumlah pihak memperingatkan tentang potensi "perang panas" antara kedua negara sebelum pemilihan presiden AS pada November mendatang.
Pernyataan Morrison dilontarkan ketika dia berada di Aspen Security Forum, tepatnya setelah mantan perdana menteri Australia dan cendekiawan China Kevin Rudd menulis jurnal mengenai risiko konflik bersenjata antara AS dan China sangat tinggi. Morrison mengatakan dia memiliki pandangan yang berbeda dengan Rudd.
"Kami telah mengakui bahwa apa yang sebelumnya tidak dapat dibayangkan dan bahkan dianggap tidak mungkin, tidak dipertimbangkan dalam konteks itu lagi," ujar Morrison, dilansir Aljazirah.
Morrison tidak sepakat dengan banyak pihak yang menyatakan bahwa Washington sedang berada dalam Perang Dingin babak baru dengan China. Morrison mengatakan situasi ketegangan antara AS dan China berbeda dengan era Perang Dingin di masa lalu.
Dia menyatakan bahwa AS dan China memiliki tanggung jawab bersama untuk menghormati hukum internasional dan harus menyelesaikan perselisihan mereka secara damai. Namun, dia tidak punya jawaban untuk bagaimana China mendorong kekuasaan di Laut China Selatan, di perbatasan India, dan di Hong Kong.
"Saya seorang yang optimistis, orang Australia adalah orang yang optimistis tentang hal-hal ini. Kita harus mengambil sikap optimistis tetapi bukan sikap yang tidak realistis atau naif. Kita harus menetapkan diri kita dengan tujuan di sini dan itu bukan penindasan atau penahanan satu negara, ini tentang keseimbangan produktif dan strategis. Itu bisa dicapai," kata Morrison.
Australia dan AS memiliki perjanjian keamanan bilateral, bersama dengan India dan Jepang melalui Dialog Keamanan Quadrilateral. Sementara hubungan antara Australia dan China telah merenggang akibat seruan Canberra untuk penyelidikan independen mengenai asal usul virus corona.