REPUBLIKA.CO.ID, Perang Saudara Lebanon dimulai dari 1975 hingga 1990 M. Diperkirakan sekitar 150 ribu hingga 230 ribu warga sipil tewas akibat peperangan tersebut. Sekitar satu juta jiwa lain, sekitar seperempat populasi negara tersebut, terluka dan 350 ribu penduduk mengungsi.
Tidak diketahui secara jelas faktor pemicu peperangan tersebut. Keterlibatan Suriah, Israel, Amerika Serikat, dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) telah memperburuk konflik tersebut. Pertempuran sempat terhenti pada 1976 karena ada mediasi dari Liga Arab dan intervensi Suriah. Pertempuran ini terpusat di Lebanon Selatan.
Perang ini dimulai pada akhir masa pemerintahan Dinasti Ottoman di Lebanon. Perang Dingin memberi dampak yang cukup kuat terhadap Lebanon dan menyebabkan krisis politik pada 1958. Tahun 1975, kehadiran kekuatan bersenjata asing dalam bentuk gerilyawan PLO memiliki efek di Lebanon.
Mereka menjalankan hak veto pada politik Lebanon. Pembentukan negara Israel dan perpindahan 100 ribu pengungsi Palestina ke Lebanon (sekitar 10 persen total populasi) mengubah demografi Lebanon dan memberikan dasar bagi keterlibatan jangka panjang Lebanon dalam konflik regional.
Setelah pertempuran sempat terhenti pada 1976 karena mediasi Liga Arab dan intervensi Suriah, pertikaian Palestina-Lebanon berlanjut di Lebanon selatan yang telah diduduki PLO sejak 1969. Hal ini bertentangan dengan kesepakatan Kairo yang juga ditandatangani Pemerintah Lebanon.