REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku akan ikut dalam telekonferensi dengan presiden Lebanon dan pemimpin dunia lainnya. Mereka akan membahas bantuan yang diberikan pada Lebanon untuk menanggulangi dampak ledakan Beirut.
Melalui media sosial Twitter, Trump mengatakan, ia telah berbicara secara terpisah dengan Presiden Lebanon Michel Aoun dan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang juga ikut telekonferen itu. Menurut Trump semua pihak ingin membantu Lebanon.
"Kami akan menggelar telekonferensi dengan Presiden Macron, pemimpin-pemimpin Lebanon dan pemimpin dari berbagai belahan dunia lainnya. Semua orang ingin membantu!" cicit Trump, Sabtu (8/8).
Presiden AS ke-45 itu juga memberitahu Aoun bahwa sebanyak tiga pesawat besar AS sedang menuju Lebanon. Pesawat-pesawat itu berisi barang-barang dan personel bantuan.
Dalam konferensi pers di klub golf, Bedminster, New Jersey, Trump mengatakan Amerika Serikat bekerja sama dengan pemerintah Lebanon untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan kemanusiaan. "Kami juga akan memberikan bantuan lebih lanjut di masa mendatang," kata Trump.
Trump juga berbicara dengan Macron melalui sambungan telepon. Menurut Juru bicara Gedung Putih Judd Deere, Trump 'mengungkapkan rasa duka citanya atas nyawa yang hilang dan kehancuran yang terjadi Beirut'.
Ledakan yang terjadi pelabuhan Beirut pada pekan ini menewaskan 154 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang. Prancis dan negara-negara lainnya segera mengirimkan bantuan ke Lebanon termasuk dokter dan berton-ton makan dan peralatan kesehatan.
Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) berjanji akan memberikan bantuan senilai 15 juta dolar. Termasuk makanan untuk 50 ribu orang selama tiga bulan ke depan.
Mereka juga sudah meminta militer AS mengirimkan bantuan kebutuhan medis dan obat-obatan untuk 60 ribu orang selama tiga bulan kedepan. Salah satu sumber menyebut pejabat pemerintah Trump sudah menggelar rapat untuk menentukan bantuan selanjutnya.
Sumber itu menambahkan pemerintah AS khawatir dengan tata kelola pemerintah yang salah di Lebanon. Pada Kamis (6/8) lalu Macron mengunjungi Beirut dan menyakinkan massa yang marah, bantuan untuk membangun kembali kota mereka tidak akan diberikan ke 'tangan-tangan korup'.
Penyebab ledakan di Beirut masih dalam proses penyelidikan. Lebanon menilai ledakan dipicu amonium nitrat yang disimpan di salah satu gudang di pelabuhan Beirut.