REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pemerintah Taiwan mengatakan mereka melacak pesawat Angkatan Udara China yang terbang melewati garis median Selat Taiwan. Hal itu terjadi sementara Menteri Kesehatan Amerika Serikat (AS) Alex Azar yang sedang berada di pulau itu menawarkan dukungan penuh Presiden AS Donald Trump.
Azar pejabat AS dengan jabatan paling tinggi yang pernah mengunjungi Taiwan setelah puluhan tahun. Kunjungan itu dikecam oleh China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayah mereka.
Kunjungan tersebut dinilai akan semakin memperburuk hubungan kedua negara. Sebelumnya Cina sudah memperingatkan akan membalas kunjungan Azar tersebut.
Angkatan Udara Taiwan mengatakan pesawat tempur China J-11 dan J-10 terbang di atas Selat Taiwan yang sempit dan sensitif pada pukul 09.00 pagi waktu setempat. Tidak lama setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan Azar.
Dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Pertahanan, Senin (10/8) Angkatan Udara Taiwan mengatakan pesawat-pesawat Cina itu dilacak menggunakan rudal anti-pesawat. Pesawat-pesawat patroli Taiwan berhasil 'mendorong keluar' pesawat Angkatan Udara China tersebut.
Sejak 2016 baru tiga kali pesawat tempur China melewati garis media Selat Taiwan. Saat hubungan Beijing dan Washington kian memburuk. Pemerintah Trump memperkuat dukungan pada Taiwan dan meningkatkan penjualan senjata ke pulau demokratis tersebut.
"Benar-benar sebuah kehormatan untuk bisa berada di sini untuk menyampaikan pesan dan dukungan yang kuat dari Presiden Trump ke Taiwan," kata Azar pada Tsai di kantor kepresidenan Taiwan.
Atas desakan China sejak 1979 AS sudah memutus hubungan dengan Taipei. Kunjungan Azar ini untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan kesehatan masyarakat serta mendukung peran Taiwan di internasional dalam mengatasi pandemi virus corona.
"Respon Taiwan terhadap Covid-19 yang paling berhasil di dunia dan hal itu dihasilkan pada sifat dan budaya masyarakat Taiwan yang terbuka, transparan, demokratis," kata Tsai.
Tindakan dini dan efektif Taiwan dalam mengatasi virus corona berhasil membuat angka kasus infeksi di pulau itu lebih rendah dibandingkan tetangga-tetangganya. Sejauh ini mereka hanya melaporkan 430 kasus infeksi dan tujuh kasus kematian. Sebagian besar kasus berasal dari luar negeri.
Sementara itu, AS yang kini menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi dan kematian tertinggi di dunia kerap berselisihan dengan China mengenai pandemi virus corona. Washington menuduh Beijing tidak transparan mengenai virus yang berawal di Wuhan tersebut.
"(Kunjungan Azar mewakilkan) langkah besar kolaborasi anti-pandemi antar negara kami," kata Tsai.
Ia menyinggung kerja sama dalam penelitian dan produksi vaksin dan obat. Taiwan berterimakasih pada AS yang mendukung upaya mereka menghadiri sidang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mendapatkan akses yang lebih besar lagi terhadap organisasi tersebut.