REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki akan terus menjalankan rencananya sendiri baik di lapangan maupun lewat diplomasi, sampai akal sehat berfungsi dalam masalah Mediterania Timur. Hal ini disampaikan Recep Tayyip Erdogan, terkait dengan persoalan konflik wilayah Mediterania Timur dengan Yunani.
"Turki akan terus melaksanakan rencananya sendiri di lapangan dan diplomasi sampai akal sehat menang atas masalah [Mediterania Timur]," kata Recep Tayyip Erdogan setelah mengikuti pertemuan Kabinet di ibu kota Ankara, Senin (10/8) waktu setempat.
"Kami selalu di sini dan siap menyelesaikan konflik melalui dialog yang adil," tambah Erdogan.
Erdogan juga meminta negara-negara di Mediterania untuk bekerja sama dalam menemukan formula yang dapat diterima dan melindungi hak semua pihak. "Tidak mungkin Turki akan menyetujui inisiatif apa pun yang mencoba mengurungnya ke wilayah pantainya, mengabaikan hak Turki untuk wilayah yang luas," kata Erdogan.
Bulan lalu, setelah Athena keberatan dengan aktivitas survei seismik Turki di daerah selatan pulau Meis, atau Kastellorizo, upaya diplomatik Jerman membantu meredakan ketegangan antara Turki dan Yunani.
Namun langkah kontroversial Yunani pekan lalu yang menandatangani perjanjian pembatasan maritim dengan Mesir, yang menurut Turki melanggar landas kontinen dan hak maritimnya, semakin memicu ketegangan antara kedua negara bertetangga itu.
Turki pada Senin mengumumkan bahwa kapal seismiknya Oruc Reis akan melanjutkan penelitian di wilayah tersebut hingga 23 Agustus.
Ankara menuduh Yunani menjalankan kebijakan maksimalis di Mediterania Timur dan menggarisbawahi bahwa klaim maritimnya melanggar hak kedaulatan Turki.
Turki telah lama mempermasalahkan kegiatan pengeboran sepihak oleh otoritas Siprus Yunani di Mediterania Timur, dengan menegaskan bahwa Republik Turki Siprus Utara (TRNC) juga memiliki hak atas sumber daya di kawasan tersebut.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
