REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Joe Biden memilih Senator Kamala Harris menjadi calon wakil presidennya pada pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) November mendatang. Beberapa menit setelah pengumuman Biden, lawannya dalam pilpres, Donald Trump meluncurkan serangan yang ditujukan kepada para pesaingnya.
Tayangan tersebut menuduh bahwa Harris mendekati paham "kiri radikal" dalam kampanye utama Harris yang mendukung Medicare For All. Trump juga menuduhnya munafik karena mencalonkan diri bersama Biden yang pernah menghukumnya tentang keputusan kebijakan rasis yang dia buat di awal karir politik.
"Bertemu 'Phony' Kamala Harris," tulis video iklan berjalan yang merujuk kepada Biden.
Tayangan iklan itu juga menuduh Biden sebagai "kandidat transisi" yang akan menyerahkan pemerintahan kepada Harris dan merangkul "kiri radikal". "Bergabung bersama-sama radikal kiri, slow Joe, Phony Kammala, sempurna bersama. Bukan untuk Amerika," tutup iklan berdurasi 30 detik tersebut.
Pada pukul 17.30 waktu setempat, iklan tersebut telah ditonton hampir dua juta kali setelah diunggah online kurang dari satu jam. Baik Biden dan Harris sebagian besar dibenci oleh Demokrat sayap kiri progresif, yang sangat mendukung Senator Bernie Sanders dalam pemilihan pendahuluan bakal capres periode lalu.
Demokrat Progresif telah menunjuk latar belakang Harris sebagai jaksa penuntut California yang secara tidak proporsional menargetkan orang kulit berwarna sebagai kesalahan dalam politik mereka.
Reaksi terhadap iklan tersebut datang dengan cepat dari lawan Trump di Twitter. "Inilah yang sedang Anda kerjakan saat orang Amerika sekarat? Anda menyedihkan," cicit Scott Dworkin, salah satu pendiri Koalisi Demokratik membalas video tersebut, dikutip laman Independent.co.uk Rabu (12/8).
Pengguna Twitter lainnya, Ben Brewer, menunjukkan bahwa pada awal Juli, Trump mengatakan bahwa Harris akan menjadi pilihan yang baik untuk pasangan Biden selama konferensi pers. Greg Sargent, yang menjalankan blog politik The Plum Line di The Washington Post juga mengatakan bahwa iklan itu menunjukkan ketidakmampuan kampanye Trump untuk merespons.
"Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana menanggapi. Mereka menyerang Biden-Harris karena bersumpah untuk memperluas perawatan kesehatan dan mencabut pemotongan pajak perusahaan penghilang defisit besar-besaran Trump di tengah pandemi, bahkan ketika Trump telah melemparkan ekonomi dan rakyat Amerika ke jurang. Dia tidak memiliki apa-apa lagi," ujar Sargent.
Meskipun ada banyak yang mencela, beberapa orang memperkuat pesan itu. Salah satu penggunalain menunjukkan bahwa menargetkan lawan politik dengan iklan selama tahun pemilihan adalah praktik yang normal.
Trump menilai sosok Kamala tidak menghormati Biden selama debat pada pemilihan bakal calon presiden periode lalu. Trump mengatakan, Harris sangat jahat kepada Biden selama debat dalam pemilihan bakal calon presiden dari Partai Demokrat tahun 2016. Dia sering menyerang Biden dan membuat keduanya terlihat sangat tidak akur.