REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Lebih dari 3.000 orang ditangkap di Belarus selama aksi protes setelah petahana Alexander Lukashenko dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden pada Ahad (9/8).
Aksi protes besar-besaran tak hanya digelar di ibu kota negara, Minsk, tetapi juga di Brest, Mogilev, dan Novopolotsk.
"Seorang demonstran meninggal dunia pada Senin, karena alat peledak yang hendak dia lemparkan ke pasukan keamanan meledak di tangannya," ungkap juru bicara Kementerian Dalam Negeri Olga Chemodanova, Selasa.
Menurut Chemodanova, 39 aparat keamanan dan lebih dari 50 warga sipil terluka selama aksi protes tersebut. Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Kesehatan Belarus mengatakan lebih dari 200 korban luka kini dirawat di rumah sakit.
Aksi protes diperkirakan akan terus berlanjut sehingga pemerintah terus menambah jumlah personel pasukan keamanan dan pasukan anti huru-hara di Minsk dan kota-kota besar lainnya.