REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Institut teknologi di Brasil mengatakan mereka mungkin akan memproduksi vaksin Covid-19 Rusia pada paruh kedua 2021. Hal ini disampaikan tidak lama setelah negara bagian Parana menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan Moskow.
Rusia mengaku menjadi negara pertama yang mendaftarkan vaksin virus corona. Walaupun pakar khawatir mengenai keamanan vaksin yang akan disebarkan ke pasar sementara perusahaan-perusahaan farmasi lain masih menggelar uji coba massal.
Institut Teknologi Parana yang dikenal sebagai Tecpar mengatakan apabila regulator kesehatan federal Brasil, Anvisa, mengizinkannya mereka mungkin akan mengimpor vaksin lebih awal dibandingkan jadwal produksi. Tecpar menandatangani perjanjian kerja sama dengan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF).
"(Tujuan kerja sama ini) untuk mengorganisir produksi vaksin Sputnik V dan distribusi di Brasil dan negara-negara Amerika Latin lainnya," kata Tecpar dalam pernyataannya di Moskow, Kamis (13/8).
Pakar kesehatan publik dan mantan pejabat regulator pemerintah Brasil mengatakan mereka khawatir mengenai vaksin tersebut. Ini karena vaksin tersebut belum melalui tahapan uji coba massal yang diwajibkan dalam proses vaksinisasi.
Brasil menggelar beberapa uji coba tujuh kandidat vaksin. Kementerian Kesehatan negara Amerika Latin itu mengatakan mereka mungkin akan membeli lebih dari 100 juta dosis vaksin dari AstraZeneca.
Pengumuman ini disampaikan setelah regulator Brasil mengizinkan dosis uji coba vaksin ditambah. Jika berhasil maka satu orang membutuhkan dua dosis vaksin.
Dalam konferensi pers, Direktur Tecpar Jorge Callado mengatakan mereka masih menunggu Rusia untuk mengirimkan hasil uji coba tahap 1 dan 2. Callado menambahkan MoU mereka masih berlaku hingga uji coba tahap 3.
Ia mengatakan dengan otorisasi Anvisa, Parana tampaknya akan berpartisipasi dalam uji coba 3. Duta Besar Rusia Sergey Akopov mengikuti konferensi pers melalui video konferensi.
"(Tujuan kerja sama di negara bagian Parana) adalah untuk membantu satu sama lain dalam mengembangkan, menguji, dan akhirnya memproduksi vaksin," kata Akopov.