REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komando Strategis Amerika Serikat (AS) mengatakan China sedang mengembangkan program nuklir tiga angkatan yang mungkin dapat setara dengan AS. Nuklir tiga angkatan artinya mempersenjatai angkatan udara, darat, dan udara dengan nuklir.
"China sedang berada di lintasan untuk menjadi rekan strategis kami pada akhir dekade, untuk pertama kalinya, AS memiliki kompetitor kekuatan nuklir yang setara, yang harus Anda cegah secara berbeda," kata Admiral Charles Richard dilansir National Defence belum lama ini.
Richard menyinggung tentang kekuatan nuklir Rusia dan China. Pada 2018 lalu Badan Strategi Pertahanan Nasional AS mengidentifikasi Beijing dan Moskow sebagai kompetitor yang kuat. "Kami tidak pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya," tambah Richard.
Dalam pidatonya pada sebuah acara virtual yang diselenggarakan Mitchell Institute for Aerospace Studies, Richard mengatakan tindakan pencegahan strategis Amerika beberapa tahun ke depan akan diuji dengan cara yang tidak pernah terjadi sebelumnya. "Kami harus siap menjawab itu, ancaman ini signifikan," katanya.
Richard mencatat Beijing meningkatkan kekuatan persenjataan atomnya dengan berinvestasi pada sistem peluncuran udara. Ia mengatakan Beijing telah mengubah pendekatan mereka dari periode sebelumnya.
"Untuk pertama kalinya mereka hampir menyelesaikan kekuatan nuklir tiga angkatan dengan menambah kemampuan pada angkatan udara yang strategis," kata Richard.
Menurut lembaga non-profit pelucutan senjata nuklir, Center for Arms Control and Non-Proliferation, sejauh ini China belum mengerahkan pesawat pengebom nuklir yang tangguh. Mereka mencatat berdasarkan sejarah China kurang memprioritaskan kekuatan angkatan udaranya.
"Saat ini China memiliki beberapa platform peluncuran senjata nuklir berbasis udara, tapi diperkirakan akan membawa pengebom strategis baru dan rudal balistik yang diluncurkan dari udara ke dalam operasi. Mungkin termasuk pengembangan pesawat siluman subsonik dengan kemampuan nuklir, Xian H-20 yang mulai dapat beroperasi pada awal tahun 2025," tulis salah satu dokumen Center for Arms Control and Non-Proliferation.
Menurut Center for Arms Control and Non-Proliferation, H-20 mirip dengan pesawat pengebom AS B-2. Richard mengatakan ia tidak dapat menjelaskan dengan rinci mengenai program nuklir yang sedang dikejar China. Namun ia memperingatkan Beijing sedang memperluas kemampuan nuklir mereka secara menyeluruh.
"Sekarang mereka memiliki ruang komando dan kendali baru, mereka memiliki sistem peringatan baru, kesiapan mereka lebih baik, sementara mereka mendukung pencegahan strategis yang minimum, mereka memiliki sejumlah kapabilitas yang tampaknya tidak sejalan dengan itu," kata Richard.