REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mencabut lockdown atau penguncian wilayah di Kota Kaesong dan sekitarnya. Bulan lalu, seorang pembelot yang kembali ke Korut telah melintasi perbatasan dan diduga menunjukkan gejala virus korona.
Selama ini Korut selalu mengklaim bahwa mereka tidak memiliki kasus virus Corona yang dikonfirmasi. Tetapi bulan lalu Kim mengatakan bahwa, kemungkinan virus korona telah memasuki Korut melalui seorang pembelot yang melintasi perbatasan.
Meski lockdown sudah dicabut, Kim menyerukan agar kontrol di perbatasan harus tetap diperketat. Selain itu, warga masyarakat tidak boleh menerima bantuan bencana banjir dari pihak luar atau eksternal.
“Situasi, di mana penyebaran virus ganas di seluruh dunia menjadi lebih buruk, mengharuskan kami untuk tidak mengizinkan bantuan dari luar untuk kerusakan banjir tetapi menutup perbatasan lebih ketat dan melakukan pekerjaan anti-epidemi yang ketat,” kata Kim dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh KCNA.
Musim hujan menyebabkan kerusakan parah di beberapa provinsi. Banjir telah membuat lahan pertanian tergenang, dan sekitar 16.680 rumah serta 630 bangunan umum hancur. Sementara banyak jalan, jembatan dan rel kereta api rusak.
Semenanjung Korea telah dilanda musim hujan terlama dalam sejarah. Bencana banjir dan tanah longsor menyebabkan kerusakan dan kematian di Korut serta Korsel. Bencana ini juga merusak bangunan dan mengancam ketahanan pangan Korut.