REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah memblokir TikTok di Amerika, Presiden Amerika Serikat, Donald mengeluarkan perintah eksekutif baru kepada perusahaan induk TikTok, ByteDance. Dia meminta ByteDance segera menjual atau melepaskan bisnis TikToknya di AS dalam kurun waktu 90 hari.
Dilansir di laman The Verge, Sabtu (15/8), perintah eksekutif itu turun dari Trump pada Jumat (14/8). Menurut Trump, TikTok mengancam keamanan nasional.
"Ada bukti kredibel yang membuat saya percaya bahwa ByteDance mungkin mengambil tindakan yang mengancam untuk merusak keamanan nasional Amerika Serikat," tulis Trump dalam perintah tersebut.
ByteDance merupakan perusahaan teknologi berbasis di China. Pemerintahan Trump baru-baru ini menyangka perusahaan tersebut dapat berbagi informasi tentang orang Amerika dengan pemerintah China. Tentu, hal itu pun dibantah oleh perusahaan.
Oleh sebab itu, TikTok pun memberikan sedikit penangguhan dari perintah Trump yang berisikan blokir Tiktok pada 6 Agustus lalu. Pemblokiran tersebut termasuk pemblokiran transaksi AS dengan ByteDance, sebagai upaya untuk mengatasi keadaan darurat nasional sehubungan dengan informasi dan rantai pasokan teknologi komunikasi.
Pada awalnya, TikTok memiliki tenggat waktu 20 September untuk melepaskan bisnis. Namun, tenggat itu diperpanjang sampai 12 November.
Perintah eksekutif juga mengharuskan ByteDance untuk menghancurkan data TikTok dari pengguna AS. Perusahaan itu diminta melaporkan ke Komite Investasi Asing di Amerika Serikat setelah semua data telah dihancurkan.
ByteDance juga diminta harus memusnahkan data yang dikumpulkan dari aplikasi pendahulu seperti TikTok Musical.ly, yang dibeli perusahaan pada 2017. Pesanan asli dengan tenggat waktu 45 hari tidak menyertakan persyaratan tersebut.
“Seperti yang kami katakan sebelumnya, TikTok dicintai oleh 100 juta orang Amerika karena ini adalah rumah untuk hiburan, ekspresi diri, dan koneksi,” kata TikTok dalam pernyataan email.
Dalam email tersebut, TikTok mengaku akan berkomitmen untuk terus menghadirkan kegembiraan bagi keluarga dan karier yang bermakna bagi mereka yang berkreasi di platform kami selama bertahun-tahun yang akan datang.
Di sisi lain, Microsoft tengah dalam pembicaraan untuk mengakuisisi TikTok. Meskipun demikian, salah satu pendiri, Bill Gates menyebut kesepakatan potensial itu sebagai "piala beracun".
Tak hanya itu, Twitter dilaporkan pada pekan lalu juga tergiur untuk mengakuisisi TikTok. Namun, masih tidak jelas bagaimana perintah eksekutif hari Jumat memengaruhi potensi penjualan, tetapi Microsoft mengatakan pihaknya berharap untuk menyelesaikan diskusi paling lambat 15 September 2020.
Namun adanya perintah Trump terbaru yang mengarah ke perpanjangan tenggat, sampai saat ini masih belum diketahui apakah akan ada perbedaan tanggal keputusan diskusi atau tidak.