REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak seruan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menginisiasi pertemuan puncak para pemimpin dunia, untuk membahas Iran. Dalam konferensi pers di klub golf Bedminster, New Jersey, Trump mengatakan, dirinya tidak akan hadir dalam pertemuan tersebut.
"Mungkin tidak," ujar Trump, ketika ditanya apakah dia akan hadir dalam pertemuan yang diusulkan oleh Putin.
Trump mengatakan, dia akan melakukan snapback terkait penolakan Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata Iran. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan sanksi PBB terhadap Iran yang berlaku sebelum 2015 jika ada pelanggaran. Sebelumnya, AS telah mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB agar embargo senjata terhadap Iran diperpanjang. Namun, berdasarkan hasil pemungutan suara, sebagian besar negara anggota Dewan Keamanan menolak resolusi tersebut.
"Kami akan melakukan snapback. Anda akan melihatnya minggu depan," ujar Trump.
Dewan Keamanan PBB menolak resolusi AS untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran, karena dianggap bisa memberikan dampak besar bagi kesepakatan nuklir Iran (JCPOA). Dalam pemungutan suara yang digelar pada Jumat lalu, hanya dua dari 15 anggota Dewan Keamanan yang mendukung usulan perpanjangan embargo senjata, yakni AS dan Republik Dominika. Sementara, semua sekutu AS termasuk Prancis, Jerman, dan Inggris justru abstain dalam pemungutan suara tersebut.
Embargo senjata terhadap Iran akan berakhir pada 18 Oktober, di bawah ketentuan JCPOA yang menyarankan Teheran mengurangi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada Mei 2018, dan mendorong Iran untuk mundur dari komitmen nuklirnya.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengecam penolakan Dewan Keamanan PBB terhadap resolusi AS. Dia mengatakan, pemerintahan Presiden Donald Trump akan terus melakukan segala kemungkinan untuk memastikan bahwa Iran tidak membeli maupun menjual senjata di pasar internasional.
"Ini (Dewan Keamanan PBB) menolak resolusi yang masuk akal untuk memperpanjang embargo senjata selama 13 tahun terhadap Iran, dan membuka jalan bagi negara sponsor terorisme terkemuka dunia untuk membeli dan menjual senjata konvensional tanpa batasan khusus PBB untuk pertama kalinya selama satu dekade," kata Pompeo.