REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyanggah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (18/8). Trump sebelumnya menyatakan kalau negara tersebut telah mengalami lonjakan besar dalam kasus virus corona.
Ardern menyatakan, sedikitnya kasus per hari Selandia Baru tidak bisa dibandingkan dengan puluhan ribu yang dilaporkan di AS. “Saya pikir siapa pun yang mengikuti Covid dan penularannya secara global akan dengan mudah melihat bahwa sembilan kasus Selandia Baru dalam sehari tidak sebanding dengan puluhan ribu di Amerika Serikat, dan pada kenyataannya tidak sebanding dengan kebanyakan negara di dunia,” ujarnya.
Secara tegas perdana menteri itu menyatakan klaim Trump merupakan kesalahan. "Kami masih menjadi salah satu negara dengan kinerja terbaik di dunia dalam hal Covid... pekerja kami fokus untuk tetap seperti itu," katanya.
Trump memicu keributan baru setelah memberi tahu kerumunan di Minnesota bahwa negara di Pasifik Selatan berpenduduk lima juta orang berada dalam cengkeraman lonjakan kasus Covid-19 yang mengerikan. Padahal sebelumnya, menurut Trump, Selandia Baru berhasil memberantas penyakit tersebut.
"Kamu lihat apa yang terjadi di Selandia Baru? Mereka mengalahkannya, mereka mengalahkannya, karena mereka ingin menunjukkan sesuatu kepada saya," kata Trump.
Menyinggung kemunculan kembali virus corona di Selandia Baru, Trump menjadikan itu sebagai penilaian yang tidak ingin terjadi di AS. "Masalahnya adalah ... lonjakan besar di Selandia Baru, Anda tahu itu mengerikan. Kami tidak menginginkan itu," ujarnya.
Selandia Baru melaporkan 13 infeksi baru dikonfirmasi pada Selasa. Jumlah itu menambah total kasus sejak pandemi mulai menjadi 1.293, dengan 22 kematian. Sedangkan, penghitungan AS lebih dari 5,2 juta kasus dan 170.000 kematian.
Tingkat kematian Selandia Baru per 100.000 orang atau sekitar 0,44, menjadikan salah satu yang terendah di dunia. AS memiliki angka kematian 5,21 per 100.000, artinya salah satu yang tertinggi di dunia.
Selandia Baru memiliki laporan infeksi dan menekan angka kematian lebih baik daripada kebanyakan negara selama pandemi. Hanya saja, kebangkitan Covid-19 yang tiba-tiba pekan lalu di Auckland mendorong pemerintah untuk memperpanjang karantina hingga 26 Agustus.
Asal muasal gelombang terbaru itu masih belum diketahui, tetapi pihak berwenang sebelumnya mengesampingkan kemungkinan dari makanan atau barang beku. "Tampak jelas sekarang bahwa kemungkinan itu dikesampingkan dari penyelidikan itu," kata Direktur Jenderal Kesehatan, Ashley Bloomfield.