REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sudan, Haidar Badawi dipecat setelah sesumbar Sudan sedang menanti untuk membuat kesepakatan normalisasi dengan Israel. Kantor berita resmi SUNA melaporkan, plt Menteri Luar Negeri, Omar Qamar al-Din telah memecat Badawi dari posisinya sebagai juru bicara dan kepala divisi media.
Badawi dipecat sehari setelah dia mengatakan Sudan sedang menanti untuk mencapai kesepakatan damai dengan Israel. Dia juga mengatakan, Sudan telah berkomunikasi dengan Israel untuk membicarakan kesepakatan itu. Menurut dia, kesepakatan normalisasi hubungan Sudan-Israel akan memberikan banyak keuntungan bagi kedua negara.
"Tidak ada alasan untuk melanjutkan permusuhan antara Sudan dan Israel. Kami tidak menyangkal bahwa ada komunikasi," ujar Badawi seperti dikutip oleh Sky News Arabia.
Qamar a-Din menyangkal semua pernyataan yang diutarakan oleh Badawi. Dia bersikeras bahwa Kementerian Luar Negeri Sudan tidak pernah membahas untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Sudan menjadi tuan rumah konferensi Arab setelah perang 1967. Ketika itu delapan negara Arab menyetujui kesepakatan untuk tidak berdamai dengan Israel, tidak ada pengakuan atas Israel dan tidak ada negosiasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir permusuhan itu telah melunak.
Israel sebelumnya menganggap Sudan sebagai ancaman keamanan. Pemerintah Zionis menuding menggunakan negara itu sebagai saluran penyelundupan amunisi melalui darat ke Jalur Gaza yang diduduki. Namun sejak Presiden Omar al-Bashir dicopot dan Sudan telah menjauhkan diri dari Iran, maka ancaman itu telah sirna.
Menurut pejabat Israel. pada Februari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu dengan kepala pemerintahan transisi Sudan, Jenderal Abdel Fattah Burhan, dalam sebuah perjalanan rahasia ke Uganda. Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin sepakat untuk mengejar normalisasi hubungan. Menteri Intelijen Israel, Eli Cohen mengatakan kepada situs berita Israel Ynet, dia yakin pembicaraan dengan Sudan akan menghasilkan kesepakatan.
"Ada komunikasi antara kedua negara dan saya yakin itu akan berkembang menjadi kemajuan kesepakatan antar negara. Tapi kita perlu melihat, kita perlu menunggu. Apakah benar untuk Israel dan Sudan? Jawabannya adalah ya," ujar Cohen.