REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran meresmikan peluru kendali (rudal) balistik dan jelajah buatan dalam negeri pada Kamis (20/8), di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) yang meminta Pemerintah Iran untuk menghentikan program rudal mereka.
"Rudal darat-ke-darat, yang dinamai martir Qassem Soleimani, mempunyai jarak tembak hingga 1.400 kilometer, sementara rudal jelajah, yang disebut martir Abu Mahdi, mempunyai jarak lebih dari 1.000 kilometer," kata Menteri Pertahanan Amir Hatami.
Televisi publik, selain menyiarkan pidato Hatami tersebut, juga menampilkan gambar kedua rudal yang namanya diambil dari Soleimani, pemimpin Pasukan Quds Iran, dan Abu Mahdi, komandan militer Irak, yang terbunuh dalam serangan AS terhadap iring-iringan mereka di Bandara Baghdad pada Januari 2020. Pengumuman rudal baru itu dilakukan seiring dengan AS yang berupaya memperpanjang sanksi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai embargo senjata Iran. Sanksi tersebut akan berakhir pada Oktober mendatang di bawah kesepakatan nuklir Iran 2015.
Ketegangan antara Iran dan AS meningkat sejak 2018, ketika Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik AS dari kesepakatan itu serta kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
"Rudal, khususnya rudal jelajah sangat penting bagi kami ... fakta bahwa kamitelah meningkatkan jarak tembak dari 300 menjadi 1,000 kilometer dalam waktu kurang dari dua tahun adalah pencapaian besar," ujar Presiden Iran Hassan Rouhani.
"Kekuatan militer kami dan program rudal ini bersifat untuk pertahanan," kata Rouhani menambahkan.