Jumat 21 Aug 2020 10:35 WIB

Produsen Obat China Potong Harga Demi Menang Kontrak Negara

Produsen obat China memotong harga hingga 95 persen demi kontrak miliaran yuan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pekerja di pabrik di Kota Nantong, Jiangsu, China, mengecek produksi obat, ilustrasi
Foto: EPA
Pekerja di pabrik di Kota Nantong, Jiangsu, China, mengecek produksi obat, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Produsen obat China memotong harga produk mereka hingga 95 persen. Media pemerintah China mengatakan hal itu dilakukan demi memenangkan kontrak program pengadaan obat terbesar Negeri Tirai Bambu.

Beijing menjalankan skema nasional di mana perusahaan farmasi global dan produsen obat generik China bersaing untuk menjual produk mereka di rumah sakit milik pemerintah. Lelang terakhir program itu senilai miliaran yuan.

Baca Juga

Pada Jumat (21/8), kantor berita milik pemerintah China, Xinhua melaporkan pada lelang sebelumnya rata-rata produsen obat memotong harga produk mereka hingga 53 persen. Program itu melibatkan 55 jenis obat, lebih banyak dibandingkan dua lelang sebelumnya.

Obat-obatan yang dilelang mencakup sejumlah produk yang berkontribusi terhadap keuntungan perusahaan farmasi asing lebih dari 1 miliar dolar AS pada tahun 2019 lalu. Tapi kali ini perusahaan asing mendapatkan tantangan serius dari produsen obat generik China.

Salah satu obat yang dilelang adalah obat jantung Brilinta dari AstraZeneca dan pengental darah Eliquis yang dikembangkan Pfizer dan Bristol Myers Squibb. Berdasarkan hasil awal kontrak untuk obat dua penyakit itu dimenangkan perusahaan China.  

Peneliti internasional ICBC Zhang Jialin mengatakan dalam lelang yang dilakukan pada Kamis (20/8) perusahaan asing biasanya menetapkan harga yang lebih mahal. Merek yang lebih mahal masih memiliki kesempatan di pasar walaupun tidak masuk dalam program nasional.

Zhang mengatakan merek-merek yang lebih mahal karena dipasarkan oleh pasien dan dokter terkenal. Ia menambahkan lelang Kamis kemarin mulai terkonsentrasi pada sejumlah pemain besar.

Shanghai Pharmaceuticals Holdings mengumumkan salah satu unit perusahaan mereka memenangkan enam kontrak sekaligus. Profesor Kesehatan Masyarakat Peking University Wang Yue mengatakan skema pembelian besar mungkin dapat merugikan pemain kecil.

"Sebenarnya banyak perusahaan yang tidak memiliki daya tawar dengan pemerintah, ketika pasar berubah, seperti ketika ongkos tenaga kerja dan logistik naik, harga (obat) sulit untuk naik," kata Wang. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement