REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas menegaskan tidak akan tinggal diam atas sikap Israel yang terus menekan Jalur Gaza dan melanggar perjanjian yang sudah disepakati. Israel terus melakukan serangan dan menekan posisi Palestina di Jalur Gaza selama berhari-hari.
Pejabat Hamas, Basem Naim, mengatakan meskipun ada upaya untuk mencegah situasi meledak, Israel terus meningkatkan pengepungan di Gaza dan menghindari komitmen pada perjanjian sebelumnya. "Orang-orang Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan dan suram ... faksi-faksi Gaza telah mengatakan kepada para mediator bahwa Gaza tidak akan tinggal diam dalam kondisi yang tragis ini," ujarnya.
Kelompok bersenjata Gaza dan pasukan Israel sekarang dalam keadaan siaga tinggi dan bersiap untuk konfrontasi lebih lanjut. Pejabat Hamas mengatakan, kali ini mereka tidak akan bekerja sama sampai Israel sepenuhnya mencabut blokade di Gaza.
Faksi Palestina di Gaza bersatu di balik tuntutan agar Israel mencabut blokade yang sudah dilakukan. Kamar Bersama Faksi Perlawanan Palestina di Gaza yang mencakup 13 kelompok bersenjata mengeluarkan pernyataan tidak akan tinggal diam dengan situasi saat ini.
"Kami tidak akan membiarkan musuh melanjutkan pengepungan yang tidak adil terhadap rakyat kami ... Adalah hak rakyat kami untuk menyatakan, dengan segala cara yang tepat, penolakan mereka terhadap blokade," ujar pernyataan bersama itu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan membunuh Hamas dan para pemimpin Jihad Islam jika balon api terus berlanjut. Dia pun menyarankan perang mungkin akan kembali terjadi di Gaza.
Pernyataan itu tidak main-main, pesawat tempur dan tank Israel membom situs militer Hamas pada Selasa (25/8) pagi. Serangan itu sebagai tanggapan atas balon pembakar yang diluncurkan dari Gaza ke arah selatan Israel.
Serangan tersebut adalah hari ke-15 berturut-turut Israel melancarkan terhadap infrastruktur dan lahan pertanian Hamas di Jalur Gaza. Faksi militer Gaza hingga saat ini belum menanggapi serangan itu, meskipun mereka sebelumnya meluncurkan roket ke Israel setelah serangan pekan lalu.
Ketegangan saat ini antara faksi Palestina di Jalur Gaza dan Israel disebabkan oleh peluncuran balon pembakar oleh Palestina ke Israel selatan dalam dua minggu terakhir. Upaya itu sebagai cara untuk menekan Israel untuk mencabut blokade melumpuhkan yang diberlakukan pada 2007. Balon dan layang-layang yang dimodifikasi sering memulai kebakaran di pertanian di Israel.
Menanggapi peluncuran balon pembakar, Israel telah mengambil tindakan hukuman terhadap Gaza dengan membatasi barang-barang yang datang melalui penyeberangan. Negara itu pun menutup laut sepenuhnya untuk para nelayan Gaza,dan menghentikan pasokan bahan bakar. Kondisi itu menyebabkan pembangkit listrik satu-satunya di wilayah itu mati dengan listrik yang berkurang menjadi empat jam sehari.
"Eskalasi saat ini adalah konfrontasi antara faksi Palestina yang berjuang untuk mencabut blokade di Gaza, dan Israel yang berjuang dua kali lebih keras untuk menjaga blokade tetap di tempatnya," kata analis politik Husam al-Dajani dikutip dari Aljazirah.
Al-Dajani melihat, setiap kali Palestina memprotes dan menuntut agar blokade dicabut atau bahkan dikurangi, Israel menanggapi dengan lebih memperketat blokade dan memperburuk krisis di Gaza. "Dengan melakukan ini, Israel menambahkan lebih banyak bahan bakar ke dalam api dan mengarahkan situasi ke arah eskalasi dan ketidakstabilan lebih lanjut. Anda menyelesaikan masalah dengan mengatasi penyebabnya, bukan dengan memperburuk penyebabnya," ujarnya.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan konfrontasi militer besar-besaran lainnya. "Dan sekarang Israel mengancam Gaza dengan operasi militer lainnya, sungguh mengherankan bahwa Israel bahkan tidak mempertimbangkan untuk melonggarkan blokade di Gaza dan akan mempertimbangkan alternatif lain," kata al-Dajani.