REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki siap menggelar perundingan dengan Yunani untuk meredakan ketegangan kedua negara di Laut Tengah. Usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Yunani harus menghentikan apa yang ia sebut 'permintaan maksimal'.
"Kami terbuka untuk menggelar perundingan tanpa syarat, tapi ketika salah satu pihak mulai menerapkan syarat, maka akan banyak hal yang kami kedepankan," kata Cavusoglu seperti dilansir dari Voice of America, Rabu (26/8).
Mass seiap menjadi perunding antara Turki dan Yunani. Ia juga bertemu Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias di Athena.
Dendias mengatakan negaranya bersedia berunding dengan Turki tapi tanpa 'dibawah ancaman'. Ia mengatakan Yunani akan mempertahankan haknya.
Dendias mengatakan perselisihan antara Yunani dengan Turki termasuk urusan keamanan di seluruh Uni Eropa. Mass mengatakan konflik militer antara Yunani dan Turki akan menjadi hal 'yang benar-benar gila'.
"Situasinya sangat berisiko, karena pada akhirnya, siapa pun bergerak mendekat dan mendekati jurang, pada titik tertentu akan jatuh, itu perkembangan yang ingin kami hindari," kata Mass.
Baik Yunani maupun Turki mengatakan mereka akan menggelar latihan militer di Laut Tengah. Jerman yang saat ini menjabat sebagai presiden Uni Eropa, mencoba menengahi ketegangan antara Yunani yang anggota Uni Eropa dan Turki yang belum anggota tapi ingin masuk ke dalam blok tersebut.
Ketegangan antara Yunani dan Turki terjadi di perbatasan di Laut Tengah. Kedua negara itu memperebutkan hak untuk mengeksplorasi minyak dan gas di wilayah yang kaya sumber daya alam tersebut.
Yunani mengklaim kapal penelitian Turki berlayar di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mereka. Turki bersikeras ZEE pulau-pulau Yunani di Agea yang terletak dekat pantai Turki harus dikurangi.