REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pesawat tempur Israel melancarkan serangan ke markas infrastruktur Hamas di Jalur Gaza pada Rabu (26/8) pagi. Militer Israel dalam sebuah pernyataan menyampaikan serangan tersebut sebagai balasan atas balon pembakar yang diluncurkan oleh warga Palestina di Gaza.
Tidak ada laporan korban dalam serangan yang menurut militer Israel menargetkan infrastruktur bawah tanah milik Hamas, kelompok Islam yang menguasai Gaza. Hamas sendiri telah mencoba menekan Israel untuk meredakan langkah-langkah pembatasan di Gaza.
Selain itu Hamas juga berupaya untuk membuka roda perekonomian di Gaza. Di antara langkah yang dilakukan yaitu dengan membiarkan Palestina meluncurkan balon helium yang membawa bahan pembakar yang telah membakar lahan pertanian Israel selatan dalam beberapa pekan terakhir.
Setelah itu aksi saling balas serangan pun terjadi antara militer Israel dan Hamas. Israel menyebut telah menyerang fasilitas Hamas hampir setiap malam selama dua pekan terakhir. Israel menyatakan tidak akan mentolerir balon pembakar tersebut.
Terhadap serangan Israel, Hamas melakukan antisipasi secara rutin dengan mengevakuasi personel dari area-area markasnya, terutama setelah balon pembakar diluncurkan. Ketegangan pun tidak dapat dielakkan, terlebih ketika Israel menutup satu-satunya penyeberangan komersialnya dengan Gaza.
Israel melarang akses laut dan menghentikan impor bahan bakar ke jalur pantai, yang menyebabkan satu-satunya pembangkit listriknya ditutup pekan lalu. Pejabat kesehatan Palestina telah menyuarakan keprihatinan atas kondisi itu.
Palestina menyebut bahwa penutupan pembangkit listrik dapat memperburuk wabah virus Covid-19 di Gaza, yang merupakan rumah bagi 2 juta warga Palestina. Saat ini mediator dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Mesir, dan Qatar telah bekerja untuk memulihkan ketenangan.