Kamis 27 Aug 2020 04:12 WIB

Dampak Covid-19, Ruang Kelas di Kenya Jadi Kandang Ayam

Sekolah di Kenya mengalami kesulitan keuangan akibat Covid-19.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ani Nursalikah
Dampak Covid-19, Ruang Kelas di Kenya Jadi Kandang Ayam. Pemilik sekolah pusat di Kenya, Joseph Maina mengubah sekolahnya menjadi kandang ayam akibat dampak pandemi Covid-19.
Foto: BBC
Dampak Covid-19, Ruang Kelas di Kenya Jadi Kandang Ayam. Pemilik sekolah pusat di Kenya, Joseph Maina mengubah sekolahnya menjadi kandang ayam akibat dampak pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, KENYA -- Alih-alih terdengar suara anak-anak belajar, suara ayam berkokok justru yang menggema di ruang kelas Mwea Brethren School, Kenya, Afrika Timur. Keputusan Pemerintah Kenya menutup semua sekolah sejak Maret hingga Januari mendatang karena Covid-19, membuat banyak sekolah swasta berjuang bertahan hidup.

Papan tulis telah dialihfungsikan menjadi papan jadwal vaksinasi. Pemilik sekolah pusat di Kenya, Joseph Maina, harus beralih ke peternak untuk mendapatkan uang karena dia tidak lagi mendapatkan penghasilan dari layanan pendidikan.

Baca Juga

Keadaan menjadi sangat sulit saat dia masih harus membayar pinjaman dan bernegosiasi ulang dengan bank. Akan tetapi Maina tak hanya tinggal diam, meski pada awalnya, tampak semua hilang.

"(Tetapi) kami memutuskan kami harus melakukan sesuatu [dengan sekolah] untuk bertahan hidup," ujar Maina dikutip BBC, Selasa (25/8).

Meja-meja di kelas diletakkan di pojok untuk memberi ruang bagi persediaan pakan ternak. Sekolah swasta, yang mendidik sekitar seperlima anak Kenya, bergantung pada uang sekolah untuk pendapatan mereka.

Penutupan sekolah membuat mereka tidak dapat membayar gaji staf. Maina mengatakan, beberapa guru di sekolahnya telah meneleponnya untuk menanyakan sesuatu yang bisa mereka lakukan.

"Tapi sayangnya kami bahkan tidak punya cukup makanan untuk diri kami sendiri," ujar dia.

Sekolah lain di Kenya tengah yang sudah berdiri selama 23 tahun, Roka Preparatory, juga telah mengubah tempatnya menjadi sebuah peternakan ayam. Bahkan, taman bermain berubah menjadi kebun sayuran.

"Tidak pernah seburuk ini. Keadaan saya mirip dengan sekolah lain. Saya kesulitan mengisi bahan bakar mobil. Para guru dan siswa tidak lagi di sini. Secara psikologis, kami sangat terpengaruh," kata pendiri sekolah James Kung'u.

Sekolah Mwea Brethren dan Roka hanya memiliki dua karyawan yang membantu pekerjaan pertanian. "Ini bukan untuk kekayaan. Kami nyaman, setidaknya kamu tidak bosan, sibuk dan ini seperti terapi," ujar Kung'u.

Pemilik kedua sekolah itu mengkhawatirkan nasib guru yang harus pergi tanpa bayaran selama lima bulan. Berbeda dengan staf di sekolah-sekolah yang dikelola pemerintah yang telah menerima gaji mereka.

Lain lagi yang dialami guru di sebuah sekolah swasta di Nairobi, yang telah mengajar selama enam tahun, Macrine Otieno. Dia diusir dari rumahnya karena tidak mampu membayar sewa.

Dia kemudian mengambil pekerjaan sebagai pengasuh anak agar bisa mendapatkan tempat tinggal dan makanan. "Sejak kasus pertama kami terkena virus corona di Kenya, dan sekolah ditutup, tidak ada yang bisa saya lakukan," ucap Otieno.

Ada pula, seorang guru di Kenya timur, Gloria Mutuku, memutuskan menjadi seorang pengusaha. Ia mengambil pinjaman untuk memulai bisnis penjualan bahan makanan ketika sekolah tutup.

Dia berharap bisnisnya akan berjalan dengan baik. Ia juga idak berencana kembali mengajar bahkan saat sekolah dibuka kembali.

Penutupan sekolah membuat banyak guru atau pekerja di sekolah berada dalam masalah keuangan yang serius. Sejumlah kecil sekolah telah berhasil melanjutkan pengajaran melalui pembelajaran online

Namun, menurut Asosiasi Sekolah Swasta Kenya (KPSA), biaya yang mereka peroleh hampir tidak menutupi biaya hidup dasar guru. Kepala eksekutif KPSA Peter Ndoro, mengatakan, sekitar 95 persen dari 300 ribu anggota staf sekolah swasta cuti tidak dibayar.

Selain itu, 133 sekolah terpaksa ditutup secara permanen. KPSA ingin pemerintah membantu menyelesaikan masalah keuangan melalui hibah sebesar 65 juta dolar Amerika Serikat. Harapannya juga agar para guru tetap menjalankan profesinya.

“Ada kebutuhan pemerintah untuk mendukung sekolah swasta karena mereka memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perekonomian dan benar-benar mengurangi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,” kata Ndoro.

Ia memperingatkan, jika uang tidak ada bantuan keuangan, beberapa sekolah mungkin tidak dapat bertahan. Kementerian telah menawarkan bantuan melalui pinjaman lunak yang akan tersedia bagi perusahaan-perusahaan yang memenuhi syarat, tetapi Ndoro khawatir itu tidak akan cukup untuk menyelamatkan semua sekolah di Kenya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement