REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menyatakan bakal mengadakan pembicaraan dengan Yunani tanpa prasyarat atas perselisihan mereka yang semakin intensif di Mediterania timur, wilayah yang kaya minyak itu. Dia juga mendukung adanya negosiasi antarkedua negara.
"Kami terbuka untuk pembicaraan tanpa prasyarat. Kami mendukung negosiasi untuk pembagian yang adil, tetapi tidak ada yang boleh menetapkan prasyarat," kata Cavusoglu dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas di Ankara, dilansir di Al-Monitor, Rabu (26/8).
Jerman telah mencoba meredakan ketegangan antara Ankara dan Athena, yang keduanya mengklaim hak maritim di Laut Mediterania, rumah bagi cadangan gas lepas pantai potensial. Maas menyerukan dialog langsung alih-alih provokasi baru yang mempertaruhkan konfrontasi militer.
"Jerman dan seluruh Uni Eropa mendukung Yunani dalam solidaritas yang kuat. "Pesan lainnya, yang sama pentingnya, adalah bahwa apa yang sekarang kita butuhkan secara mutlak dan segera adalah sinyal deeskalasi dan kesiapan untuk dialog," kata Maas.
Sengketa wilayah yang sudah berlangsung lama meningkat setelah Turki menandatangani perjanjian perbatasan maritim pada November tahun lalu dengan pemerintah yang diakui secara internasional di Libya yang menyatakan Turki memiliki hak ekonomi atas sebagian besar wilayah Mediterania timur.
Namun, Turki harus berhadapan dengan beberapa negara lain karena wilayah tersebut juga diklaim oleh Siprus, Yunani, dan Mesir. Setelah jeda singkat, Turki melanjutkan aktivitas pengeborannya bulan ini ketika Yunani dan Mesir menandatangani kesepakatan untuk membangun zona ekonomi eksklusif di bagian yang sama dari Mediterania yang diklaim Ankara sebagai miliknya.
Ketegangan berkobar lagi ketika dua kapal perang Yunani dan Turki bertabrakan ringan di perairan yang disengketakan pada pertengahan Agustus. Rekan anggota NATO Prancis, yang mendukung Turki di Libya, mengerahkan kapal perang dan jet tempur ke wilayah tersebut untuk menunjukkan dukungan untuk Yunani.
Pada Ahad lalu, Turki mengumumkan akan memperpanjang misi eksplorasi kapal survanya, Oruc Reis, dalam sebuah langkah yang mendorong Yunani untuk menjadwalkan latihan angkatan laut di dekatnya di lepas pulau Kreta. Turki juga mengumumkan latihan militernya sendiri di wilayah yang sama.
Secara terpisah, Turki sedang melakukan pekerjaan eksplorasi di Laut Hitam. Pada Jumat, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan penemuan gas alam terbesar di Turki yang menurutnya akan membantu mengurangi ketergantungan negara pada pasokan energi asing.