Jumat 28 Aug 2020 14:56 WIB

Gaza Memanas, Israel dan Hamas Saling Balas Serangan

Hamas membalas serangan Israel dengan melepaskan enam tembakan roket.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Wilayah Jalur Gaza dibombardir militer Israel (ilustrasi).
Foto: Reuters
Wilayah Jalur Gaza dibombardir militer Israel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tank dan pesawat tempur Israel membombardir posisi Hamas di Jalur Gaza pada Jumat (27/8). Serangan itu dibalas Hamas dengan meluncurkan sejumlah roket.

Dilaporkan laman Al Arabiya, dalam keterangannya militer Israel mengatakan bahwa mereka membidik situs-situs Hamas, termasuk lokasi pembuatan senjata. Tanpa jeda panjang, Hamas segera membalas serangan tersebut dengan melepaskan enam roket salvo ke wilayah Israel.

Baca Juga

Serangan roket itu sempat memicu bunyi sirene peringatan di komunitas Israel di dekat perbatasan Gaza. Belum ada laporan apakah terdapat korban jiwa akibat serangan kedua belah pihak.

Sejak 6 Agustus lalu, Israel rutin melancarkan serangan udara ke Gaza. Serangan-serangan tersebut merupakan respons atas peluncuran balon api yang diyakini didalangi Hamas.

Balon-balon tersebut telah menyebabkan lebih dari 400 kebakaran di wilayah Israel selatan. Serangan balon api itu secara luas dilihat sebagai upaya Hamas untuk meningkatkan persyaratan gencatan senjata informal dengan Israel.  Jika Israel menghendaki ketenangan di perbatasan, mereka harus bersedia melonggarkan blokade terhadap Gaza.

Namun sejauh ini, Israel justru kian memperkatat blokade. Zona penangkapan ikan bagi nelayan di Gaza dipersempit. Lalu lintas barang dari dan ke wilayah itu ditutup.

Tak hanya itu, Israel bahkan telah menangguhkan pengiriman bahan bakar minyak ke Gaza sejak pekan lalu. Hal itu menyebabkan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza ditutup. Menurut warga penutupan itu menyebabkan pasokan listrik di sana berkurang dari enam jam menjadi empat jam per hari.

Saat ini dua juta penduduk Gaza menikmati listrik sekitar enam jam sehari. Kemudian diikuti pemadaman selama 10 jam. Rumah tangga dan aktivitas bisnis di Gaza telah bergantung pada generator untuk menyiasati pemadaman listrik yang berkepanjangan. Hal tersebut meningkatkan tekanan keuangan pada masyarakat yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan.

Gaza, yang diblokade sejak 2007, menggantungkan sebagian besar kebutuhan energinya pada Israel. Hal itu membuat Israel dapat dengan mudah menekan kelompok atau faksi perlawanan yang berbasis di wilayah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement