Sabtu 29 Aug 2020 16:17 WIB

Blokade Israel Tingkatkan Kemiskinan di Gaza

Lebih dari setengah penduduk Gaza adalah warga miskin

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Seorang wanita Palestina membawa sepiring makanan saat dia berjalan bersama anaknya, keduanya mengenakan masker, di Kota Gaza pada 28 Agustus 2020, selama penguncian di kantong Palestina karena meningkatnya kasus infeksi COVID-19. (Mohammed Abed / AFP)
Foto: timesofisrael.com
Seorang wanita Palestina membawa sepiring makanan saat dia berjalan bersama anaknya, keduanya mengenakan masker, di Kota Gaza pada 28 Agustus 2020, selama penguncian di kantong Palestina karena meningkatnya kasus infeksi COVID-19. (Mohammed Abed / AFP)

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) melaporkan, tingkat kemiskinan penduduk Gaza telah mencapai 53 persen, sedangkan tingkat kemiskinan ekstrem mencapai 33,8 persen. Meningkatnya kemiskinan di Gaza disebabkan oleh blokade Israel yang dilakukan sejak 2007.

Menurut data PCBS, sekitar 68 persen keluarga di Gaza tidak memiliki makanan yang cukup. Sementara 80 persen warga Gaza bergantung pada bantuan internasional. Di sisi lain, tingkat pengangguran di wilayah itu mencapai 45,1 persen.

Baca Juga

"Pendudukan Israel ingin mempertahankan blokade di Jalur Gaza. Israel ingin menegakkan ketenangan di Gaza tanpa menghentikan pengepungan, dan Palestina menolak persamaan itu," ujar anggota senior Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Talal Abu Zarifa, dilansir Aljazirah, Sabtu (29/8).

Abu Zarifa mengatakan, blokade Israel telah menutup penyeberangan dan melarang penangkapan ikan di laut. Tindakan ini sangat bertentangan dengan hukum internasional dan kemanusiaan. Dia mencatat, pendudukan Israel memikul tanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di Jalur Gaza.

"Komunitas internasional harus menekan Israel untuk mencabut blokade dan menghentikan semua bentuk hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina," kata Abu Zarifa.

Pejabat Hamas, Basem Naim mengatakan, penderitaan warga Gaza telah menjadi "masalah yang terlupakan". Oleh karena itu, rakyat Palestina dan faksi Palestina harus mengambil inisiatif melawan situasi kemanusiaan yang semakin memburuk.

"Kami tidak akan menerima bahwa kami akan mati dalam diam," ujar Naim.

Ancaman perang di Gaza terus meningkat di tengah tuntutan Palestina untuk mengakhiri blokade Israel selama 13 tahun. Pesawat tempur dan tank Israel melakukan pemboman ke situs militer Hamas pada Selasa (25/8), sebagai tanggapan atas balon pembawa bahan peledak yang diluncurkan dari Gaza ke arah selatan Israel.

Israel telah melakukan serangan terhadap infrastruktur dan lahan pertanian Hamas di Jalur Gaza selama 16 hari berturut-turut. Peningkatan ketegangan antara Hamas dan Israel dipicu oleh peluncuran balon pembawa bahan peledak oleh Palestina ke Israel selatan dalam dua minggu terakhir.

Balon dan layang-layang yang diterbangkan dari Gaza kerap membakar lahan pertanian di Israel. Palestina melakukan ini agar Israel mencabut blokade mereka yang diberlakukan sejak 2007. Blokade Israel telah menyebabkan perekonomian Palestina merosot tajam.

Para pemimpin Palestina di Gaza menuding Israel terus mengingkari kesepakatan. Menurut laporan media Palestina, Israel tidak memperluas zona penangkapan ikan yang diizinkan di Gaza hingga 20 mil laut, tidak mengizinkan pembangunan saluran listrik baru ke Jalur Gaza, tidak mengizinkan pembangkit listrik Gaza beroperasi dengan gas alam, dan tidak memfasilitasi pergerakan barang. Israel juga melarang masuknya 1.200 truk melalui penyeberangan Karem Abu Salem atau dikenal sebagai Kerem Shalom ke Israel.

Menanggapi peluncuran balon tersebut, Israel telah mengambil tindakan hukuman terhadap Gaza dengan membatasi barang-barang yang datang melalui penyeberangan, menutup laut sepenuhnya untuk para nelayan Gaza, dan menghentikan pasokan bahan bakar. Hal ini menyebabkan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu mati, dan aliran listrik yang berkurang selama empat jam sehari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement