REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan lebih dari 90 persen negara telah menghadapi kondisi layanan kesehatan terganggu oleh pandemi Covid-19. Survei yang dilakukan menunjukkan kemajuan yang telah dicapai selama dua dekade bisa menghilang dalam waktu singkat.
"Dampak pandemi Covid-19 pada layanan kesehatan esensial menjadi sumber perhatian besar," kata sebuah laporan studi yang dirilis WHO pada Senin (31/8).
Badan yang bermarkas di Jenewa itu telah sering memperingatkan tentang program penyelamatan jiwa lainnya yang terkena dampak pandemi. Lembaga ini juga telah mengirimkan saran mitigasi kepada negara-negara tersebut.
Namun survei menunjukan hasil yang cukup memprihatinkan. Dengan mengumpulkan tanggapan antara Mei dan Juli dari lebih dari 100 negara, survei ini memperlihatkan layanan yang paling terpengaruh adalah imunisasi rutin sebesar 70 persen, keluarga berencana 68 persen, dan diagnosis serta pengobatan kanker 55 persen. Sementara layanan darurat terganggu di hampir seperempat negara yang menangani survei tersebut.
Wilayah Mediterania Timur, yang mencakup Afghanistan, Suriah dan Yaman, paling terpengaruh, kemudian diikuti oleh wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Para peneliti berpendapat bahwa kematian non-Covid juga meningkat di beberapa tempat sebagian karena gangguan layanan kesehatan, meskipun ini mungkin lebih sulit dihitung.
"Masuk akal untuk mengantisipasi bahwa bahkan gangguan kecil dalam layanan kesehatan esensial dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas dari penyebab selain Covid-19 dalam jangka pendek hingga menengah dan panjang," ujar WHO yang menekankan perlunya penelitian lebih lanjut.
WHO juga memperingatkan gangguan bisa dirasakan bahkan setelah pandemi berakhir. "Dampaknya mungkin terasa di luar pandemi langsung karena, dalam upaya mengejar layanan, negara-negara mungkin menemukan bahwa sumber daya kewalahan," ujarnya.