REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Analis politik yang berbasis di Gaza, Talal Okal, mengatakan kesepakatan Hamas dan Israel memiliki sedikit harapan untuk mengarah pada gencatan senjata jangka panjang. Dia mengakui rakyat Palestina di Gaza berada di tengah lingkaran setan.
"Tampaknya situasinya tidak berubah secara signifikan dan ketegangan dapat kembali dalam sekejap. Keberhasilan perjanjian ini akan bergantung pada kemauan Israel untuk menerapkannya," tutur dia dilansir Al Monitor, Selasa (1/9).
Al Jazirah melaporkan Hamas mengumumkan kesepakatan dengan Israel untuk mengakhiri gejolak kekerasan yang meningkat di Jalur Gaza, Senin (31/8). Di bawah perjanjian yang ditengahi Qatar itu, para militan Hamas akan menghentikan serangan mereka dan sebagai gantinya Israel mencabut blokade di perbatasan.
"Kesepakatan dicapai untuk mencegah eskalasi baru dan mengakhiri agresi terhadap rakyat kami. Beberapa proyek telah diumumkan, di mana (kesepakatan ini) akan meringankan situasi bagi rakyat kami di Gaza, mengingat krisis virus corona yang telah melanda kami," kata Ketua Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar.
Dalam kesepakatan itu, Hamas akan menghentikan peluncuran balon yang berisi bahan peledak. Sebagai imbalannya, Israel akan mengizinkan nelayan keluar ke Mediterania, mengurangi pembatasan barang masuk, dan kembali memasok bahan bakar ke Gaza.
Perjanjian antara Hamas dan Israel diucapkan oleh Mohammed al-Emadi, seorang duta besar Qatar yang mengepalai Komite Negara untuk Rekonstruksi Gaza dan telah bolak-balik antara Israel dan Gaza selama berhari-hari. Dia mengatakan meredakan ketegangan berarti membuka jalan untuk melakukannya. Artinya, kesepakatan tersebut tidak akan segera dimulai.