REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela pembunuh dua orang pengunjuk rasa di Kenosha, Wisconsin. Ia mengatakan pelaku pembunuhan tersebut mencoba kabur dan akan dibunuh jika tidak melepaskan tembakan.
Trump akan mengunjungi Kenosha, lokasi unjuk rasa menentang brutalitas polisi dan rasialisme yang digelar sejak Jacob Blake ditembak polisi tujuh kali pada 23 Agustus lalu. Laki-laki kulit hitam berusia 27 tahun itu pun lumpuh.
Pada hari ketiga pengunjuk rasa Kyle Rittenhouse yang baru berusia 17 tahun menembak tiga orang pengunjuk rasa. Dua orang di antaranya meninggal dunia dan pelaku pun didakwa pasal pembunuhan.
"Dia mencoba kabur dari mereka dan lalu ia jatuh dan lalu dengan kejam menyerangnya, saya pikir dia sedang berada masalah besar, mungkin akan dibunuh," kata Trump dalam konferensi pers, Selasa (1/9).
Rittenhouse yang didakwa sebagai orang dewasa dikenai pasal pembunuhan tingkat satu dan percobaan penyerangan. Pengacaranya mengatakan pelaku membela diri.
Trump menjadikan ketertiban dan keamanan sebagai tema kampanyenya. Ia menolak mengecam kekerasan yang dilakukan pendukungnya dan menyerang pengunjuk rasa yang ia sebut sebagai orang-orang 'sayap-kiri'.
Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden menuduh Trump memanas-manasi kekerasan dengan retorikanya. Sementara mempersekusi pengunjuk rasa ia sebut sebagai penjarah dan perusuh.
"Malam ini, presiden menolak mengecam kekerasan. Ia bahkan tidak menyangkal salah satu pendukungnya didakwa pasal pembunuhan karena menyerang orang lain, dia terlalu lemah, terlalu takut pada kebencian yang diciptakan akan mengakhirinya," kata Biden dalam pernyataannya.