REPUBLIKA.CO.ID, OXFORD--AstraZeneca telah memperluas perjanjian dengan Oxford Biomedica untuk meningkatkan produksi potensi vaksin Covid-19. Ini dilakukan untuk mempercepat produksi vaksin yang efektif untuk Covid-19.
Di bawah perjanjian itu, firma terapi sel dan gen yang berbasis di Oxford tersebut siap memproduksi puluhan juta dosis vaksin potensial AstraZeneca yaitu AZD1222 selama 18 bulan, dan dapat diperpanjang selama 18 bulan lagi sampai 2023.
Vaksin akan dibuat di tiga suite manufaktur di kantor pusat barunya Oxbox, di Oxford. Dua dari suite siap digunakan dalam dua bulan ke depan, lebih awal dari yang direncanakan. Melansir The Guardian disebutkan AstraZeneca akan membayar Oxford Biomedica sebesar 50 juta euro berdasarkan kesepakatan.
AstraZeneca, yang mengembangkan vaksin bersama para peneliti di Universitas Oxford, mengatakan kapasitas produksi globalnya mendekati 3 miliar dosis. Berita tentang kesepakatan itu diketahui pada Senin (31/8), ketika AstraZeneca mengumumkan telah memulai uji coba tahap akhir vaksin di Amerika Serikat (AS). Pada tahap ini mereka berencana mendaftarkan 30 ribu orang dewasa sebagai bagian dari program global untuk menguji produk tersebut pada 50 ribu orang.
AstraZeneca, bersama dengan perusahaan AS Pfizer dan mitra Jermannya BioNTech yang juga mengembangkan vaksin Covid-19, mengatakan bahwa mereka dapat memiliki data ihwal efektivitas vaksin pada Oktober.
Pekan lalu, para ilmuwan berharap uji coba vaksin Oxford dapat mengumpulkan cukup data untuk menunjukkan apakah vaksin itu berfungsi dan aman pada akhir tahun. Sebelum akhirnya vaksin diserahkan ke regulator Inggris untuk mendapatkan persetujuan.
Produsen obat besar Inggris lainnya, GlaxoSmithKline, juga mengembangkan vaksin Covid-19 dalam kemitraan dengan Sanofi Pasteur Prancis yang akan diuji pada manusia bulan ini. Pemerintah Inggris telah membeli jutaan dosis dari kedua vaksin tersebut, bersama dengan satu dari BioNTech dan Pfizer, dan satu lagi yang dikembangkan oleh Valneva dari Prancis.
Bulan lalu, Rusia menyetujui vaksin Covid-19 kontroversial yakni Sputnik V untuk digunakan secara luas setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia. Para ahli Rusia akan terus memproduksi vaksin dalam skala besar, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan vaksin tidak boleh diproduksi sampai menyelesaikan uji coba fase 3.
Sementara Sputnik V baru melakukan uji coba fase 3 pada Rabu lalu, dengan melibatkan 40 ribu orang. Adapun China memiliki beberapa vaksin Covid-19 potensial dalam pengujian tahap akhir dan telah memberikan salah satunya kepada petugas kesehatan dan pejabat perbatasan di bawah penggunaan darurat sejak Juli.