Rabu 02 Sep 2020 08:49 WIB

Trump Sangkal Ada Rasisme Sistemik dalam Penegakan Hukum

Trump menyebut kekerasan rasial terjadi belum lama ini sebagai teror domestik

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden Donald Trump menyebut kekerasan rasial terjadi belum lama ini sebagai teror domestik. Ilustrasi.
Foto: AP/Andrew Harnik
Presiden Donald Trump menyebut kekerasan rasial terjadi belum lama ini sebagai teror domestik. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WISCONSIN -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyangkal bahwa ada rasisme sistemik dalam penegakan hukum di AS. Dalam kunjungan ke Kenosha, Wisconsin, Trump menyebut kekerasan rasial yang belum lama ini terjadi sebagai teror domestik.

Trump tiba di Kenosha pada Selasa (1/9). Dia mengunjungi sisa-sisa bangunan toko yang hangus terbakar akibat kerusuhan dalam aksi protes anti-rasisme, menyusul penembakan yang dilakukan oleh polisi kepada seorang pria kulit hitam, Jacob Blake.

Baca Juga

"Ini bukan aksi protes damai, tapi benar-benar teror domestik," ujar Trump dilansir Aljazirah, Rabu (2/9).

Ketika berada di Kenosha, Trump berjanji untuk membangun penegakan hukum yang adil di negara bagian Wisconsin. Dia menjanjikan bantuan sebesar 1 juta dolar AS kepada kepolisian di Kenosha, 4 juta dolar AS untuk membangun kembali bisnis yang hancur akibat kerusuhan, dan 42 juta dolar AS untuk mempromosikan keselamatan publik di Wisconsin.

Menanggapi pertanyaan wartawan, Trump membantah bahwa ada masalah rasisme sistemik dalam penegakan hukum di AS. Dia justru menyalahkan insiden penembakan di Kenosha sebagai "bad apple" atau ada oknum tertentu yang sengaja membuat kerusuhan.

"Orang lain menyerukan perubahan struktural. Mereka juga ingin melihat perubahan, mereka ingin melihat hukum dan ketertiban. Itu perubahan yang mereka inginkan," kata Trump.

Kedatangan Trump ke Kenosha mendapatkan penolakan dari keluarga Jacob Blake. Mereka meminta agar Trump menjauh dari kota tersebut agar tidak semakin mengganggu keamanan. Kemenangan Trump di Wisconsin pada 2016 adalah kunci kemenangannya di Electoral College dan tetap signifikan hingga pemilihan November.

"Kami tidak membutuhkan lebih banyak rasa sakit dan perpecahan dari seorang presiden yang ditetapkan untuk memajukan kampanyenya dengan mengorbankan kota kami. Kami membutuhkan keadilan," ujar keluarga Jacob Blake.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement