REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Penjaga pantai Jepang telah menyelamatkan satu orang dari sebuah kapal kargo yang hilang saat topan dengan 43 awak dan 6.000 ternak di dalamnya. Gulf Livestock 1 mengirimkan sinyal marabahaya dari Laut China Timur setelah terjebak di Topan Maysak.
Seorang pelaut ditemukan hanyut di perairan yang bergejolak dengan jaket pelampung. Dilansir BBC pada Kamis (3/9), pencarian kru dan kapal lainnya berlanjut dengan pesawat dan kapal patroli di tengah gelombang tinggi dan angin kencang dari badai.
Awak kapal barang termasuk 39 pelaut dari Filipina, dua dari Selandia Baru, dan dua dari Australia. Menurut penjaga pantai Jepang, pria yang diselamatkan adalah salah satu kru Filipina, yang mengatakan mesin kapal rusak sebelum dihantam gelombang dan terbalik.
Menurut Kementerian Luar Negeri Selandia Baru, Gulf Livestock 1 meninggalkan Selandia Baru pada 14 Agustus menuju China, dengan perjalanan diperkirakan memakan waktu 17 hari. Pada Rabu (2/9) malam, kapal mengirimkan panggilan darurat dari perairan ke barat pulau Amami Oshima di barat daya Jepang.
Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan konsulatnya di kota Osaka, Jepang, memantau situasi dan berkoordinasi dengan pihak berwenang. Penjaga pantai Jepang meluncurkan misi pencarian dan penyelamatan kedua sebelum topan yang diperkirakan datang.
Liezel Pitogo (38 tahun) terakhir kali berbicara dengan suaminya, seorang pelaut di kapal, pada Selasa (1/9) malam. Dia mengatakan mereka sedang bepergian ke China tetapi agak khawatir tentang cuaca.
"Teleponnya tidak bisa dihubungi pada hari Rabu," kata Pitogo yang cemas akan kabar terbaru tentang suaminya, Lindon, yang telah menjadi pelaut selama tujuh tahun.
Baik Australia dan Selandia Baru mengatakan mereka memberikan bantuan konsuler kepada keluarga awak kapal mereka. Gulf Livestock 1 adalah kapal kargo berbendera Panama berukuran 139 meter yang dibangun pada 2002.
Angin kencang dan hujan lebat dari topan yang menghantam wilayah itu menghambat upaya pencarian kapal. Setelah bergerak melalui Laut China Timur, Topan Maysak, dinamai menurut nama pohon Kamboja, mendarat Kamis (3/9) pagi di kota pelabuhan Busan, Korea Selatan.
Sedikitnya satu orang telah tewas. Lebih dari 2.200 orang telah dievakuasi ke tempat penampungan dan sekitar 120 ribu rumah ditinggalkan tanpa aliran listrik di wilayah yang terkena dampak.