REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL - Uni Eropa mengutuk upaya pembunuhan pemimpin oposisi Rusia dan aktivis antikorupsi, Alexei Navalny.
"Penggunaan senjata kimia dalam keadaan apa pun sama sekali tidak dibenarkan dan melanggar hukum internasional," tegas Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.
Dia juga mendesak pemerintah Rusia untuk melakukan penyelidikan komprehensif dan transparan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg juga mengecam penggunaan racun saraf Novichok. Stoltenberg berjanji akan berkonsultasi dengan Jerman dan sekutu NATO tentang insiden tersebut.
Pada Rabu, kantor Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan bukti kuat bahwa bulan lalu Navalny telah diracuni dengan racun agen saraf Novichok.
Navalny, 44, kerap melontarkan kritik terhadap pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia jatuh sakit pada 20 Agustus dalam penerbangan dari Kota Tomsk di Siberia ke Moskow.
Pesawat itu kemudian mendarat darurat di Omsk dan Navalny dilarikan ke rumah sakit. Kini Navalny menjalani perawatan intensif di Berlin.
Menurut Rumah Sakit Charite, kondisinya "serius tapi tidak mengancam nyawa".
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan mereka akan menunggu hasil tes kesehatan Navalny sebelum melakukan penyelidikan.