REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Vaksinasi gratis untuk Covid-19 akan tersedia pada tahun depan di Australia, tergantung pada hasil uji coba obat yang menjanjikan. Pemerintah Australia diperkirakan mengumumkannya pada Senin (7/9).
Dalam pernyataan yang dirilis Ahad malam (6/9), Pemerintah Federal mengatakan keputusan itu bergantung pada hasil uji coba yang sedang berlangsung. Jika berhasil, vaksin akan tersedia secara progresif sepanjang 2021, menyusul kesepakatan pasokan dan produksi senilai 1,7 miliar dolar AS dengan perusahaan farmasi AstraZeneca dan CSL/Seqirus.
Perjanjian itu membuat Universitas Oxford/AstraZeneca dan Universitas Queensland/CSL menyediakan lebih dari 84,8 juta dosis vaksin untuk populasi Australia. Akses awal 3,8 juta dosis vaksin Universitas Oxford pada Januari dan Februari 2021. Jika uji coba vaksin Oxford terbukti berhasil dan aman, vaksin itu tersedia mulai awal tahun depan, sementara vaksin UQ tersedia pada pertengahan 2021.
Perjanjian tersebut untuk 33,8 juta dosis vaksin Oxford dan 51 juta dosis vaksin UQ. Lebih dari 95 persen dosis vaksin diharapkan bisa diproduksi di Australia, setiap batch membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk diproduksi. Vaksin diharapkan dikirim setiap bulan mulai Januari, jika lulus pengujian ilmiah dan persetujuan peraturan.
Rincian lengkap dari perjanjian tersebut diumumkan secara resmi pada Senin oleh Perdana Menteri Scott Morrison, Menteri Kesehatan Greg Hunt, dan Menteri Industri, Sains, dan Teknologi Karen Andrews.
Dalam sebuah pernyataan, Morrison mengatakan kedua vaksin itu perlu dibuktikan aman dan efektif dalam uji coba dan memenuhi persyaratan peraturan, sebelum tersedia untuk umum. "Warga Australia akan mendapatkan akses gratis ke vaksin Covid-19 pada 2021, jika uji coba terbukti berhasil,” kata Morrison dilansir di abc.net.au, Ahad (6/9).
Dengan adanya perjanjian produksi dan pasokan, Australia akan menjadi negara pertama di dunia yang menerima vaksin yang aman dan efektif, jika lolos uji tahap akhir. Morrison mengatakan tidak ada jaminan bahwa vaksin itu akan terbukti berhasil, tapi perjanjian tersebut menempatkan Australia di urutan teratas jika pakar medis memberi lampu hijau pada vaksin.
Warga Australia hanya perlu mengambil salah satu kandidat vaksin yang berhasil, dengan dosis awal diikuti dengan dosis penguat dari vaksin yang sama dalam beberapa minggu. Kemungkinan, orang-orang rentan dan petugas kesehatan garis depan diberikan vaksinasi terlebih dahulu. Uji klinis besar sedang dilakukan untuk menguji vaksin. Saat ini, vaksin Oxford dalam uji coba fase 3 dilakukan terhadap 30 ribu orang, hasil awal diharapkan ada pada Desember.
Sementara vaksin UQ dalam uji klinis fase awal 1, yang menggunakan kelompok kontrol kecil untuk melihat apakah itu mempengaruhi respon imun. Jika berhasil, uji coba akan berlanjut ke fase 2, yang menguji beberapa ratus orang di berbagai demografi yang berbeda.
Pemerintah mengamankan akses ke 84,8 juta dosis vaksin potensial untuk mencakup 25 juta populasi Australia jika salah satu satu, atau keduanya, vaksin terbukti tidak berhasil. Dosis vaksin Oxford diharapkan mencakup sebanyak 16,9 juta orang, dengan dosis vaksin UQ mencakup 25,5 juta.
Morrison berkomitmen memastikan akses ke vaksin untuk negara-negara Pasifik dan Asia Tenggara, dengan kedua perjanjian tersebut memungkinkan pesanan tambahan untuk dinegosiasikan dan dosis yang akan disumbangkan atau dijual ke negara lain atau organisasi internasional tanpa tanda.
Jika kedua vaksin terbukti berhasil, artinya sebanyak 30 juta dosis dapat diberikan ke negara tetangga. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada 165 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan dengan 32 kandidat dalam uji coba pada manusia dan delapan kandidat dalam uji coba fase 3 yang lebih lanjut.