REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pesawat ruang angkasa eksperimental China, yang dapat digunakan kembali dan diluncurkan ke orbit dua hari lalu, pada Ahad (6/9) sukses mendarat di situs yang ditentukan.
Misi itu menjadi sebuah terobosan yang dapat mengarah pada perjalanan pulang pergi ke luar angkasa dengan biaya yang lebih murah, lapor kantor berita Xinhua. Misi tersebut dirahasiakan dan media pemerintah belum membocorkan foto atau pun tayangan video baik dari peluncuran maupun pendaratan pesawat ruang angkasa tersebut. Tak ada penjelasan mengenai teknologi yang telah diujikan.
Media sosial China ramai dengan spekulasi pesawat ruang angkasa tersebut. Sejumlah komentator membandingkannya dengan X-37B milik Angkatan Udara AS, yaitu pesawat luar angkasa otonom buatan Boeing yang masih dapat berada di orbit dalam jangka waktu lama sebelum kembali ke Bumi.
Tiga tahun lalu, China mengatakan akan meluncurkan pesawat ruang angkasa pada 2020, yang bisa terbang seperti pesawat dan dapat dipakai berulang. Pesawat seperti itu ditujukan untuk menambah frekuensi peluncuran dan menurunkan biaya misi.
Belum diketahui apakah pesawat angkasa yang diluncurkan oleh China merupakan pesawat bersayap seperti pesawatUlang Alik AS. Jika sama dengan X-37B, maka ukurannya sekitar seperlima dari ukuran Ulang Alik.
Pesawat angkasa China diluncurkan ke orbit pada Jumat (4/9) dengan menggunakan Long March 2F, jenis roket pembawa pesawat ruang angkasa Shenzhou pada misi berawak dan tanpa awak selama bertahun-tahun. Seorang warga China secara mandiri menjelajah ke luar angkasa untuk pertama kalinya pada 2003 dengan menggunakan Shenzhou.