REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Uni Emirat Arab (UEA) berencana melakukan kunjungan resmi pertama ke Israel pada 22 September. Seorang sumber yang mengetahui rencana perjalanan tersebut mengatakan, kunjungan UEA itu bertujuan untuk membangun kesepakatan antara kedua negara setelah melakukan normalisasi hubungan.
Perjalanan delegasi UEA ke Israel akan menjadi perjalanan balasan setelah delegasi Israel mengunjungi Abu Dhabi pada pekan lalu. Namun, hingga berita ini diturunkan pejabat Israel dan pejabat UEA menolak untuk memberikan komentar.
Seorang sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan, UEA akan mengunjungi Israel setelah kedua negara menandatangani perjanjian normalisasi hubungan secara resmi di Washington. Penandatanganan itu diperkirakan berlangsung pada pertengahan September.
UEA adalah negara Arab ketiga setelah Mesir dan Yordania yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Berbeda dengan dua negara lainnya, negara Teluk tersebut tidak berbatasan langsung dengan Israel. Dalam beberapa tahun terakhir, UEA telah mengadakan pembicaraan diam-diam dengan Israel. UEA mengizinkan orang Israel masuk ke negaranya untuk melakukan perdagangan dan pembicaraan.
Keputusan UEA untuk menormalkan hubungan dengan Israel telah memicu kritik. Warga Palestina mengutuk kesepakatan itu sebagai bentuk pengkhianatan. Sementara, Turki mengancam akan menangguhkan hubungan dengan UEA. Bahkan, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, UEA telah mengkhianati dunia Islam dan Palestina karena mencapai kesepakatan menormalkan hubungan dengan Israel.
Sebelumnya, delegasi AS dan Israel berada di UEA pada Senin (31/8) untuk membahas kelanjutan hubungan diplomatik antara kedua negara. Penasehat Gedung Putih Jared Kushner dan penasehat keamanan nasional AS Robert O’Brien memimpin delegasi AS dalam kunjungan ke UEA. Sementara, delegasi Israel dipimpin oleh penasehat keamanan Meir Ben-Shabbat. Israel dan Uni Emirat Arab akan membahas kerja sama ekonomi, ilmiah, perdagangan, dan budaya dalam kunjungan tersebut.
Implementasi normalisasi hubungan UEA-Israel ditandai dengan penerbangan komersial langsung dari Bandara Ben-Gurion ke Abu Dhabi. Seluruh delegasi AS dan Israel berada dalam penerbangan bersejarah itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan bahwa kesepakatan untuk membuka hubungan formal dengan negara Arab tidak memerlukan penyerahan tanah yang direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967. Netanyahu mengatakan, perdamaian dapat dilakukan dengan membuka hubungan kerja sama di bidang ekonomi dan investasi.
“Ini akan menjadi perdamaian yang hangat karena akan didasarkan pada kerja sama di bidang ekonomi, dengan ekonomi kewirausahaan, dengan kemampuan ekonomi yang luas, dengan uang besar yang dicari melalui investasi," ujar Netanyahu.