REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Direktur komunikasi kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, menyatakan putusan pengadilan Arab Saudi dalam persidangan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi jauh dari harapan Ankara, Senin (7/9). Dia mendesak otoritas Saudi untuk bekerja sama dengan penyelidikan Turki.
"Kami masih belum tahu apa yang terjadi pada tubuh Khashoggi, yang menginginkannya mati atau apakah ada kolaborator lokal yang menimbulkan keraguan atas kredibilitas proses hukum di KSA," kata Altun merujuk ke Arab Saudi melalui akun Twitter.
Pengadilan Saudi telah mengumumkan membatalkan lima hukuman mati terhadap pembunuhan Khashoggi pada Senin. Keputusan itu berlandaskan pemberian maaf oleh putra Khashoggi, Salah Khashoggi pada Mei.
Dikutip dari Aljazirah, Turki meluncurkan persidangannya sendiri terhadap para tersangka pembunuhan Khashoggi pada tahun lalu. Pada Maret, jaksa penuntut Turki mendakwa 20 warga negara Saudi atas pembunuhan Khashoggi, termasuk dua mantan asisten senior Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) .
Menurut dakwaan, mantan wakil kepala intelijen Arab Saudi, Ahmed al-Assiri dituduh membentuk tim pembunuh dan merencanakan pembunuhan. Sedangkan pengadilan kerajaan dan penasihat media, Saud al-Qahtani, dituduh menghasut dan memimpin operasi dengan memberi perintah kepada tim pembunuh.
Tersangka lainnya sebagian besar adalah perwira militer dan intelijen Saudi yang diduga ikut serta. Beberapa pihak yang terjerat dalam pembunuhan itu adalah seorang dokter forensik yang diyakini bertugas memotong tubuh Khashoggi menjadi beberapa bagian dengan gergaji tulang.
Hubungan Ankara dengan Riyadh mengalami ketegangan yang intens setelah pembunuhan jurnalis itu. Kondisi itu terjadi karena Khashoggi adalah kenalan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan peristiwa terjadi di konsulat Arab Saudi di Istanbul.