REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh petinggi-petinggi Departemen Pertahanan ingin perang terus terjadi agar kontraktor-kontraktor pertahanan tetap 'senang'.
Trump masih tidak mengaku ia mengucapkan perkataan yang menyakitkan mengenai pasukan AS yang gugur di medan perang. Termasuk menyebut tentara AS yang gugur di Perang Dunia I dan dimakamkan di Prancis sebagai 'pecundang' dan 'payah'.
Majalah The Atlantic menjadi media yang pertama kali melaporkan ucapan Trump tersebut. Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump berulang kali mengatakan berita tersebut 'hoaks'.
"Saya tidak mengatakan militer mencintai saya, para prajurit yang mencintai saya," katanya, Selasa (8/9).
Lalu ia menuduh petinggi Departemen Pertahanan AS tidak menyukainya karena mereka ingin agar kontraktor yang membuat senjata untuk militer AS tetap senang.
"Petinggi di Pentagon mungkin tidak (menyukai saya), karena tidak ada hal lain yang ingin mereka lakukan selain berperang sehingga perusahaan-perusahaan luar biasa yang membuat bom dan membuat pesawat dan segalanya tetap senang," kata Trump.
Saat bertemu dengan anggota serikat buruh AS, American Federation of Labor and Congress of Industrial Organizations (AFL-CIO) kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden mengecam perkataan Trump. Ia mengatakan Trump tidak akan mengerti mengapa warga AS mengabdi untuk negaranya.
Biden menyebut pernyataan Trump mengenai prajurit yang gugur di medang perang sebagai 'pecundang' dan 'payah' sangat tidak Amerika. Ia mengatakan presiden tidak mengerti arti mengabdi.
"Dia tidak akan mengerti Anda, dia tidak akan mengerti kami, dia tidak akan mengerti polisi kami, pemadam kebakaran kami, karena ia tidak terbuat dari bahan yang sama," kata Biden.