Rabu 09 Sep 2020 14:26 WIB

Tentara Lebanon Cegat Warga yang Pergi Secara Ilegal

Meningkatnya warga melakukan penyeberangan ilegal didorong rasa takut akibat krisis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Seorang wanita memegang plakat dalam bahasa Prancis yang bertuliskan, Teroris pemerintah Lebanon, di samping konvoi Presiden Prancis Emmanuel Macron saat dia mengunjungi lingkungan Gemayzeh, yang mengalami kerusakan parah akibat ledakan pada hari Selasa yang menghantam pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020.
Foto: AP/Bilal Hussein
Seorang wanita memegang plakat dalam bahasa Prancis yang bertuliskan, Teroris pemerintah Lebanon, di samping konvoi Presiden Prancis Emmanuel Macron saat dia mengunjungi lingkungan Gemayzeh, yang mengalami kerusakan parah akibat ledakan pada hari Selasa yang menghantam pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tentara Lebanon mencegah sekelompok warga Suriah dan warga negaranya meninggalkan negara itu secara ilegal pada Selasa (8/9). Mereka mencoba melakukan perjalanan melalui laut dari kota utara Tripoli.

"Patroli angkatan laut tentara Lebanon, berkoordinasi dengan intelijen militer, menggagalkan operasi penyelundupan beberapa orang melintasi laut setelah kapal itu terlihat di lepas pantai utara," laporan kantor berita Lebanon ANI.

Baca Juga

Laporan itu menyatakan penumpang kapal yang berasal dari Lebanon dan Suriah ini telah dikembalikan ke pelabuhan Tripoli. Operasi ini adalah upaya klandestin kedua yang gagal dalam beberapa hari oleh orang-orang yang ingin meninggalkan negara itu melalui Tripoli.

Dikutip dari Al Arabiya, pada akhir pekan lalu sebuah kapal yang secara ilegal mengangkut orang Lebanon dan Suriah. Kapal tersebut berhasil dicegat di lepas pantai Siprus ke barat dan dipaksa untuk kembali.

Siprus mengatakan, akan mengirim tim ke Lebanon untuk membahas penanganan upaya penyeberangan yang semakin sering. Negara yang hanya 160 kilometer dari pantai Lebanon ini telah bersiaga setelah setidaknya lima kapal yang membawa lebih dari 150 migran terlihat di lepas pantai oleh pihak berwenang dalam beberapa hari terakhir. Kementerian Dalam Negeri mengadakan pertemuan darurat mengenai situasi tersebut pada Senin (7/9).

Meningkatnya orang melakukan penyeberangan ilegal didorong oleh rasa takut akibat dari krisis politik dan ekonomi di Lebanon. Negara yang menampung sekitar satu juta orang mengungsi dari negara tetangga Suriah ini telah mengalami krisis ekonomi yang parah bahkan sebelum pandemi virus corona melanda. Hal itu diperburuk oleh ledakan besar 4 Agustus di pelabuhan Beirut yang menghancurkan seluruh lingkungan ibu kota dan menewaskan lebih dari 190 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement