REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA - Kasus virus korona terus melonjak di seluruh penjuru Amerika Latin pada Rabu, dengan infeksi mendekati angka 8 juta dan kematian melebihi 300.000.
Sementara itu, negara-negara di kawasan ini terus berjuang untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Gubernur Sao Paulo, Brasil, mengatakan bahwa uji klinis fase 3 dari vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. China telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dan kemungkinan tersedia untuk warga Brasil pada Desember.
Akibat penurunan jumlah kasus dalam beberapa hari terakhir, Brasil digantikan oleh India sebagai negara dengan jumlah infeksi virus korona tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Menurut data pemerintah, jumlah kasus positif di Brasil mencapai hampir 4,2 juta sejak pandemi dimulai, sedangkan jumlah kematian mencapai 127.464.
Sejak uji klinis terakhir untuk vaksin virus korona yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford ditunda setelah seorang peserta diduga mengalami reaksi buruk, otoritas kesehatan di Meksiko mengimbau untuk tidak mengambil tindakan yang tidak proporsional.
"Saya ingin memperjelas: Kita tidak boleh mengantisipasi diri kita sendiri dan mulai berspekulasi tentang keamanan vaksin dan khususnya yang terlibat karena kita tidak memiliki informasi yang sesuai," kata Wakil Menteri Kesehatan Meksiko Hugo Lopez-Gatell.
Meksiko telah meluncurkan upaya global untuk menjamin akses ke vaksin Covid-19. Negara itu sedang berupaya untuk memproduksi vaksinnya sendiri.
Meksiko juga telah mencapai kesepakatan untuk memproduksi vaksin, yang akan dilakukan oleh perusahaan farmasi AstraZeneca, dan akan mengambil bagian dalam uji klinis vaksin Italia dan Rusia untuk membendung penyebaran virus, yang telah menginfeksi 642.860 orang dan menyebabkan 68.484 kematian di negara itu.
Di Peru, meskipun pemerintah memberlakukan karantina nasional yang ketat sejak Maret, lebih dari 30.000 orang meninggal akibat virus korona, jumlah kematian tertinggi ketiga di Amerika Latin setelah Brasil dan Meksiko.