Sabtu 12 Sep 2020 01:18 WIB

China Sumbang Badan PBB Pengungsi Palestina Rp 15 Miliar

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengapresiasi pemerintah China

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
UNRWA
Foto: www.prc.org.uk
UNRWA

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pemerintah China telah menandatangani perjanjian kontribusi sebesar satu juta dolar AS atau setara Rp 15 miliar (dengan kurs Rp.15.000 per dolar AS) untuk Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung program penyediaan pangan di Jalur Gaza.

Komitmen kontribusi itu ditandatangani Duta Besar China untuk Palestina Guo Wei dan Sekretaris Jenderal UNRWA Phillipe Lazzarini. "China sangat mementingkan kerja samanya dengan UNRWA. China akan, seperti biasa, mendukung pekerjaan UNRWA dan terus memberikan bantuan kepada pengungsi Palestina serta pembangunan ekonomi dan sosial mereka," kata Guo, dilaporkan laman kantor berita Palestina WAFA pada Jumat (11/9).

Baca Juga

Lazzarini mengapresiasi dan menyampaikan penghargaan kepada Pemerintah China atas dukungannya untuk UNRWA. "Kontribusi murah hati China akan membantu UNRWA memberikan bantuan makanan penyelamat hidup kepada lebih dari satu juta pengungsi Palestina di Gaza. Saya berharap kerja sama ini akan terus tumbuh, mencerminkan dukungan China untuk UNRWA," ucapnya.

UNRWA diketahui tengah mengalami krisis keuangan cukup parah. Pada awal Juli lalu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan saat ini badan yang dipimpinnya mengalami kesenjangan pendanaan sebesar 335 juta dolar AS. “Kami berada dalam kegelapan dan saya tidak tahu apakah kami akan dapat melanjutkan operasi UNRWA sampai akhir tahun ini,” ujarnya.

Lazzarini mengatakan, selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2018, UNRWA belum memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina. Padahal UNRWA telah melakukan efisiensi dan penghematan anggaran. Sejak 2015, UNRWA berhasil menghemat dana sebesar setengah miliar dolar AS atau rata-rata 100 juta dolar per tahun.

Meskipun melakukan penghematan dan efisiensi, UNRWA tetap mempertahankan layanan atau program inti untuk pengungsi Palestina. Hal itu pada akhirnya menimbulkan dampak tersendiri. Menurut Lazzarini, tak mungkin lagi menjalankan organisasi seperti UNRWA yang memiliki hampir 30 ribu staf ketika arus kasnya sangat rendah dan sumber kontribusi tidak jelas. “Tahun demi tahun, bulan demi bulan, UNRWA berada di tepi kehancuran finansial. Ini tak dapat dilanjutkan,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement