REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Kebijakan karantina wilayah (lockdown) penuh di Palestina dapat diterapkan kembali karena lonjakan infeksi virus corona setiap hari. Demikian kata Ghassan Nemer, juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Senin.
Lonjakan kasus Covid-19 itu terjadi karena publik gagal untuk mematuhi protokol keselamatan. Dia mengatakan kepada Voice of Palestine, radio resmi Palestina, bahwa Palestina menghadapi "angka-angka yang mengerikan".
Komite Darurat Tinggi sedang menangani semua skenario yang mungkin terjadi. Tetapi untuk saat ini Komite hanya akan merekomendasikan penerapan dan kontrol yang lebih ketat dari protokol keselamatan.
“Jika kembali dilakukan lockdown secara penuh, maka akan berdampak pada menyusutnya perekonomian, serta penutupan sekolah,” kata Nemer.
Kementerian Pendidikan mengatakan 131 sekolah di seluruh Palestina telah ditutup karena penyebaran virus baru di tempat mereka. Ehab Shukri, juru bicara Kementerian, mengatakan situasi epidemiologi di sekolah saat ini terkendali dan sekolah akan tetap terbuka untuk siswa dan guru.
Dia mencontohkan, jika ada kasus virus corona yang tercatat di sekolah, maka ruang kelas akan ditutup selama dua hari hingga satu pekan untuk sanitasi.