REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Taiwan telah menahan sejak bulan lalu lima orang dari Hong Kong yang melarikan diri dari kota yang dikelola China itu dengan perahu dan dijemput oleh penjaga pantai Taiwan di Laut China Selatan. Hal itu dikatakan sumber yang mengetahui situasi tersebut kepada Reuters .
Taiwan yang demokratis telah membuka pintunya bagi orang-orang dari Hong Kong, yang telah diguncang oleh rangkaian protes anti-pemerintah dan di mana China telah menegakkan undang-undang keamanan nasional yang ketat. Namun, pemerintah Taiwan mengatakan siapa pun yang masuk harus melakukannya secara legal, meskipun perbatasan Taiwan sebagian besar ditutup karena langkah-langkah pencegahan penularan virus corona.
Lima narasumber mengatakan kepada Reuters bahwa lima orang yang ditahan oleh penjaga pantai Taiwan telah pergi dengan perahu dari Hong Kong dan berhasil mencapai Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan di ujung utara Laut China Selatan. Sumber keamanan Taiwan mengatakan lima orang Hong Kong itu saat ini berada di fasilitas penjaga pantai Taiwan di kota pelabuhan selatan Kaohsiung.
Kantor berita resmi Taiwan (CNA) mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya melaporkan pada Minggu malam bahwa kelima orang itu "memiliki hak dasar termasuk akses untuk mendapatkan pengacara". CNA tidak memberikan laporan rinci dan Reuters tidak dapat secara mandiri mengonfirmasi laporan tersebut.
Pemerintah Taiwan menolak mengomentari kasus tersebut, meskipun telah dilaporkan di media Taiwan, dan partai oposisi telah mengkritik pemerintah karena tidak berbuat lebih banyak untuk membantu warga Hong Kong melarikan diri dari penganiayaan politik.
Pada Senin, pemimpin Taiwan Su Tseng-chang, saat ditanya tentang kelima orang Hong Kong itu, mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah sangat peduli dengan orang-orang dari Hong Kong.
"Adapun bantuan kepada warga Hong Kong, kasus-kasus tertentu tidak bisa kami ungkapkan," katanya.
Wali kota Taipei Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan pada akhir pekan mengatakan bahwa Partai Progresif Demokratik yang berkuasa perlu memberikan keterangan yang jelas untuk kasus tersebut dan mengubah undang-undang yang ada. Sehingga, warga Hong Kong yang melarikan diri dari penganiayaan politik tidak harus menggunakan penyelundup manusia.
Tabloid Global Times yang didukung pemerintah China, yang diterbitkan oleh media resmi Partai Komunis yang berkuasa People's Daily, menulis bahwa penahanan lima orang tersebut menunjukkan bahwa janji pemerintah Taiwan untuk membantu warga Hong Kong adalah "palsu". Bulan lalu, penjaga pantai China menahan 12 orang dari Hong Kong di dalam kapal yang menuju Taiwan. Kementerian luar negeri China mengatakan 12 orang itu adalah anggota separatis.
Hong Kong telah menjadi sumber ketegangan lain antara Taipei dan Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayah berdaulat China. Taiwan tidak tertarik untuk diperintah oleh China yang otokratis.