Selasa 15 Sep 2020 09:28 WIB

Gubernur Babel Motivasi Kembangkan Komoditi Pendukung

Dengan mengembangkan tanaman pendukung petani bisa mendapat hasil tambahan

Gubernur Erzaldi Rosman berdiskusi dengan peternak terkait peternakan sapi.
Foto: Pemprov Bangka Belitung
Gubernur Erzaldi Rosman berdiskusi dengan peternak terkait peternakan sapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SIMPANG KATIS -- Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman beri motivasi terkait pengembangan perkebunan dan peternakan di Babel. Jahe merah dan porang (umbi tunggal) menjadi target pertanian Babel ke depan sebagai komoditi pendukung selain komoditi utama seperti lada, sawit, dan karet.

Jahe merah dengan waktu tanam kurang dari satu tahun dianggap mampu menjadi komoditi pendukung di antara komoditi utama yang membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk masuk masa panen pertama. Sedangkan jahe merah, hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun dan begitu diminati di pasar lokal dan ekspor.

Selain jahe merah, tanaman porang juga tak kalah ditunggu oleh pasar ekspor. Tidak hanya lahan tidur kering yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman ini, penanamannya dapat dilakukan di sela-sela tanaman komoditi utama Babel.

Gubernur Erzaldi Rosman, saat menyampaikan bantuan petani/peternak di Desa Katis, Bangka Tengah, Senin (14/9/20) mulai menanamkan semangat kepada para petani Babel untuk mengembangkan dua komoditi ini dan berharap petani Babel mendapat hasil tambahan.

Menurut Gubernur Erzaldi, jika sebelumnya para petani hanya mendapat hasil tahunan dari komoditi pokok, dengan pengaturan waktu tanam yang tepat, akan mendapat tambahan penghasilan per tiga bulan atau solusi tambahan hasil per enam bulan.

Sehingga, selain hasil tahunan yang dapat mereka tabung, ada juga hasil harian yang didapat dan digunakan untuk operasional kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan bimbingan PPL dan manajemen tanam yang tepat.

“Jangan hanya mengandalkan satu komoditi saja. Lada, sawit, karet sebagai komoditi utama ini membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun untuk hasil panen pertama,” ujarnya.

Komoditi ini miliki tingkat pembeli tinggi karena selain menjadi olahan pangan, juga menjadi olahan kosmetik di beberapa negara berkembang. Per kelompok dipersilakan saling memberi informasi, jika banyak peminat sebelum dipelajari dan dikembangkan pemerintah di sektor pertanian, maka dapat mendata untuk memetakan tingkat produksi.

“Sehingga, sebelum melakukan penanaman, pemerintah akan mengurus MoU dengan calon pembeli. Ajak teman dan warga lain yang berminat, tetapi khusus yang mau saja, yang tidak mau, tidak usah dipaksa,” ujarnya.

Bahkan, Gubernur Erzaldi mempersilakan juga petani yang masih setia pada tanaman cengkeh untuk menjadi komoditi pendukung. Yang penting baginya adalah kesiapan calon pembelinya.

“Jangan juga menjadi penanam yang ikut-ikutan. Petani satu menanam, yang lain ikut menanam komiditi yang sama yang tidak dikuasainya,” tegasnya mengingatkan.

Pada kesempatan ini, Gubernur Erzaldi juga diskusikan peternakan sapi. Menurutnya, yang baik adalah bersatunya para peternak sapi dalam satu kepengurusan. Sehingga dapat menentukan harga sendiri. “Jika sudah bersatu, kami pemerintah akan mempertemukan dengan pihak pembeli dan koperasi,” ungkapnya.

Akomodir dalam satu kepengurusan agar data sapi seperti jenisnya, usianya hingga pakan sapinya yang mempengaruhi kualitas dan rasa sapinya ini untuk mempermudah pembeli mengecek calon sapi yang akan dibeli. “Minimal hari raya tahun depan kita sudah mendapat pasar pembeli hasil sapi ternak kalian,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement