REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, Rusia akan membayar harga yang mahal karena ikut campur pemilihan presiden AS November mendatang.
Mantan wakil presiden Barack Obama itu mengatakan Rusia akan menerima tindak balasan karena mencoba memengaruhi pemilih pada 3 November mendatang. Hal ini ia sampaikan dalam acara stasiun televisi CNN di Pennsylvania.
Ketika moderator acara Anderson Cooper menekannya apa yang akan ia lakukan terhadap Rusia, Biden menolak mengungkapkan detail rencananya. "Tidaklah bijaksana bila terlalu spesifik," kata Biden, Jumat (18/9).
Ia justru mengatakan, menurutnya Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan yang terbaik untuk memecah belah Eropa. Biden menambahkan ia memandang Rusia sebagai lawan tapi menolak untuk bersikap terlalu kritis terhadap China. Biden memandang China sebagai 'kompetitor yang kuat'.
Sebelumnya Direktur FBI Christopher Wray memperingatkan Rusia sedang mengintervensi pemilihan presiden AS. Ia mengatakan Rusia melancarkan informasi palsu yang mengincar Biden.
Wray mengatakan Rusia ingin melemahkan kepercayaan rakyat AS pada proses pemilihan umum. Kepala Biro Investigasi Federal itu menambahkan Moskow juga ingin melemahkan apa yang mereka lihat sebagai gerakan anti-Rusia di AS.
Pada komite Keamanan Dalam Negeri House of Representative Jumat (18/9), Wray mengatakan kekhawatiran terbesarnya adalah 'arus informasi palsu yang terus mengalir'. Menurutnya hal itu akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap hasil pemilu 2020.
Kesaksian Wray ini sesuai dengan apa yang telah diungkapkan direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional (NCSC) pada 7 Agustus lalu. Kepala NCSC mengatakan Rusia, China, dan Iran mencoba mengintervensi pemilihan 3 November mendatang.