REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Rudal dengan sasaran serangan paling akurat milik Angkatan Laut AS dilaporkan telah tiba di Selat Taiwan. Rudal jenis Stand-Off Land-Attack-Expanded Response (SLAM-ER) tersebut merupakan bagian dari kontrak penjualan senjata AS ke Taiwan senilai tiga juta dolar AS.
Menurut Angkatan Laut AS, amunisi tempur buatan Boeing BA ini merupakan turunan dari rudal anti-kapal Harpoon yang dapat menyerang target di darat maupun laut sejauh lebih dari 135 mil. Kehadiran rudal SLAM-ER ini bakal menimbulkan masalah bagi China.
“SLAM-ER sangat akurat, dan memiliki (kemungkinan kesalahan melingkar) terbaik dalam inventaris Angkatan Laut AS,” kata seorang sumber dari Angkatan Laut AS seperti dilansir Forbes, Senin (21/9).
Angkatan Laut AS belum mengungkapkan seberapa jauh radius kesalahan sasaran tembak dari rudal SLAM-ER. Tetapi perlu dicatat bahwa LMT Joint Air-to-Surface Standoff Missile yang serupa milik Lockheed Martin memiliki radius kesalahan sasaran tembak sekitar 10 kaki.
Reuters dan The New York Times pertama kali melaporkan kemungkinan penjualan senjata, yang memerlukan persetujuan dari Departemen Luar Negeri AS dan Kongres AS. Tentu saja bergantung pada kemampuan Taipei untuk membiayai pembelian tersebut.
Paket pembelian senjata tersebut dilaporkan mencakup beragam rudal jarak jauh berpemandu presisi plus peluncur roket, drone pengintai Reaper, dan ranjau laut. Kesepakatan senjata AS-Taiwan sebelumnya termasuk jet tempur F-16, tank M-1, dan rudal pertahanan udara.
Rudal SLAM-ER yang diluncurkan dari udara dan rudal Harpoon yang diluncurkan dari darat bisa dibilang adalah senjata yang paling penting dalam kesepakatan saat ini. “Taiwan akhirnya membeli apa yang benar-benar dibutuhkan untuk menerapkan strategi pertahanan asimetrisnya," kata Evan Medeiros, pakar keamanan dari Universitas Georgetown, kepada The New York Times.
Taiwan pernah berencana untuk mengirim kapal perang besar untuk memerangi armada invasi China seratus mil atau lebih dari pantai Taiwan. Tetapi peningkatan angkatan laut China yang besar telah membuat pendekatan itu tidak bisa dijalankan.
Militer Taiwan sekarang berencana untuk berjongkok dan melempar rudal ke pasukan militer China. Selain membeli rudal Harpoon dan SLAM-ER dari Amerika Serikat, Taipei telah mengembangkan rudal anti-kapal dan serangan daratnya sendiri, termasuk beberapa model yang dapat menyerang pasukan China di daratan.
Armada jet tempur F-16 terbaru milik angkatan udara Taiwan kemungkinan dilengkapi alat peluncur untuk rudal Harpoon dan SLAM-ER. Artinya kemampuan pengawasan Taiwan tidak dapat dipisahkan dari kemampuan misilnya.
Bukan tanpa alasan bahwa, ketika Angkatan Udara Taiwan mengerahkan F-16 bersenjata Harpoon ke Kepulauan Penghu yang terpencil sebagai tanggapan atas mobilisasi angkatan laut China pada bulan Agustus, armada Taiwan secara bersamaan mengirim drone Albatross kecil ke Kepulauan Pratas di dekatnya.
Jika kesepakatan senjata yang diusulkan berhasil, F-16 dapat ditempatkan dengan SLAM-ER. Lalu drone Reaper yang lebih besar bisa menggantikan drone Albatros.
Kini China sedang membangun salah satu armada terbesar dan paling modern di dunia. Tapi Taipei tidak hanya menunggu armada itu berlayar melintasi Selat Taiwan dan jalur darat. Mereka membangun sistem serangan pengawasannya sendiri, yang dapat menghantam kapal-kapal China ratusan mil dari pantai Taiwan.