Jumat 25 Sep 2020 02:04 WIB

Prancis Luncurkan Peta Baru Zona Bahaya Covid-19

Prancis memerintahkan kota-kota terdampak parah Covid-19 untuk perketat pembatasan

Red: Nur Aini
Sejumlah orang mendaftar untuk mengikuti uji untuk COVID-19 di pusat pengujian seluler di Strasbourg, Prancis timur, Rabu (23/9). Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengumumkan penutupan semua restoran dan bar di wilayah Marseille dan pembatasan di beberapa kota lain untuk membendung penyebaran Covid-19. Saat ini pasien Covid-19 telah menempati lebih dari 10% tempat tidur perawatan intensif Prancis. Foto AP / Jean-Francois Badias
Foto: Foto AP / Jean-Francois Badias
Sejumlah orang mendaftar untuk mengikuti uji untuk COVID-19 di pusat pengujian seluler di Strasbourg, Prancis timur, Rabu (23/9). Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengumumkan penutupan semua restoran dan bar di wilayah Marseille dan pembatasan di beberapa kota lain untuk membendung penyebaran Covid-19. Saat ini pasien Covid-19 telah menempati lebih dari 10% tempat tidur perawatan intensif Prancis. Foto AP / Jean-Francois Badias

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran, Rabu (23/9), meluncurkan peta baru "zona bahaya" virus corona di seluruh negeri. Ia juga memerintahkan otoritas daerah-daerah yang paling terpukul, termasuk Marseille, untuk memperketat pembatasan sosial. Jika tidak, kata Veran, status darurat kesehatan perlu diberlakukan di sana.

Menkes mengatakan pada konferensi pers bahwa negara itu akan dibagi ke dalam zona-zona berdasarkan tingkat kewaspadaan. Marseille, kota terbesar kedua di Prancis, serta Pulau Guadeloupe di Karibia Prancis untuk saat ini merupakan hanya dua daerah yang diberi tingkat siaga "maksimum".

Baca Juga

Paris dan daerah-daerah pinggiran kota itu serta Kota Lille di utara, Kota Toulouse di barat daya, dan enam kota lain dinyatakan sebagai "zona bahaya yang diperketat", Veran menambahkan.

"Kalau kondisi sanitasi semakin buruk di daerah-daerah itu, keadaan darurat kesehatan akan diberlakukan," kata menteri.

Seperti negara-negara Eropa lainnya, yang tingkat infeksinya telah melonjak dalam sebulan terakhir, Prancis secara bertahap dan lokal telah memperketat batas pertemuan publik dan pribadi. Pemerintah berharap langkah-langkah itu akan cukup membendung pandemi dan menghindari penerapan kedua penguncian nasional.

Setelah jeda musim panas, pemerintahan Presiden Emmanuel Macron tidak mengeluarkan peraturan secara luas dari otoritas pusat di Paris. Sebagai gantinya, pemerintah daerah dipersilakan mengambil tindakan di daerah masing-masing, tergantung pada tingkat keparahan wabah Covid-19.

Beberapa indikator sedang dipertimbangkan untuk menentukan berbagai tingkat bahaya yang ditetapkan oleh Veran, yaitu jumlah orang yang terinfeksi secara umum; jumlah orang yang terinfeksi berusia 65 tahun ke atas; dan jumlah pasien Covid-19 di unit perawatan intensif. Tak lama setelah Veran berbicara, otoritas kesehatan Prancis melaporkan ada 13.072 pengidap baru virus corona selama 24 jam terakhir.

Jumlah itu merupakan ketiga kalinya, dalam enam hari, angka harian kasus baru Covid-19 mencapai di atas 13.000. Di tingkat nasional, jumlah orang di ICU berada di sekitar ambang 1.000, angka tertinggi dalam 3,5 bulan.

Di Paris dan kota-kota lain yang sekarang diberi label "zona bahaya yang diperketat", kehadiran di acara-acara besar akan dibatasi hingga 1.000 orang, dari 5.000 yang diizinkan sekarang. Acara-acara yang telah direncanakan sebelumnya, seperti pesta pelajar, akan dilarang, dan bar serta restoran sudah harus ditutup paling lambat pukul 20.00.

Pejabat yang mewakili pemerintah pusat di berbagai daerah memiliki waktu beberapa hari untuk mengambil tindakan serupa. Pada Rabu, otoritas kesehatan Prancis melaporkan bahwa jumlah orang yang meninggal di negara itu karena Covid-19 tercatat 31.459 dan kasus keseluruhan mencapai 481.141.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement