Ahad 27 Sep 2020 09:10 WIB

Menlu Belarusia Tuduh Negara Barat Tabur Kekacauan

Belarusia dilanda gelombang unjuk rasa sejak pemilihan umum.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Aktivis Belarusia membuat bayang-bayang saat mereka membawa bendera Belarusia tua dalam unjuk rasa mendukung oposisi Belarus di Lapangan Kemerdekaan di Kyiv, Ukraina, Minggu, 20 September 2020. Para aktivis menuntut otoritas Belarusia untuk menghentikan represi politik di negara mereka.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Aktivis Belarusia membuat bayang-bayang saat mereka membawa bendera Belarusia tua dalam unjuk rasa mendukung oposisi Belarus di Lapangan Kemerdekaan di Kyiv, Ukraina, Minggu, 20 September 2020. Para aktivis menuntut otoritas Belarusia untuk menghentikan represi politik di negara mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Belarusia Vladimir Makei menuduh negara-negara Barat menabur 'kekacauan dan anarki' di bekas wilayah Uni Soviet. Belarusia dilanda gelombang unjuk rasa sejak pemilihan umum bulan lalu.

"Kami melihat upaya destabilisasi situasi di negara kami, intervensi urusan internal, sanksi dan restriksi terhadap lain terhadap Belarusia akan berdampak sebaliknya, dan jelas merugikan semua orang," kata Makei di Majelis Umum PBB yang disampaikan melalui video, Ahad (27/9).

Baca Juga

Sejak Alexander Lukashenko dinyatakan kembali memenangkan pemilihan umum pada 9 Agustus lalu. Lebih dari 12 ribu orang ditangkap dalam unjuk rasa memprotes hasil pemilihan tersebut.

Sumber mengatakan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Kanada diperkirakan akan memberlakukan sanksi terhadap individu-individu Belarusia. Sebab, pemerintah negara Eropa Timur itu dianggap mencurangi pemilu dan melakukan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa damai.

"Kolega-kolega Barat kami menyampaikan serangkaian pernyataan sinis mengenai kepedulian mereka pada kedaulatan dan kesejahteraan Belarusia, sebenarnya tidak lain upaya membawa kekacauan dan anarki ke negara kami," kata Makei di PBB. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement