REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hizbullah Lebanon menyimpan senjata di dekat sebuah perusahaan gas di lingkungan permukiman Beirut, Selasa (29/9). Tempat itu diklaim olehnya bisa memiliki potensi menimbulkan ledakan berikutnya setelah peristiwa pada 6 Agustus.
"Saya katakan kepada orang-orang Jnah ... Anda harus memprotes ini. Karena jika benda ini meledak, itu akan menjadi tragedi lain," kata Netanyahu berbicara dalam sebuah video kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang direkam sebelumnya karena pandemi virus corona.
Netanyahu juga menyatakan kalau kelompok yang memiliki kekuatan di pemerintahan Lebanon itu bisa menjadi ancaman bagi warga. "Iran dan Hizbullah dengan sengaja menempatkan Anda dan keluarga Anda dalam bahaya besar ... Anda harus memberi tahu mereka, hancurkan gudang penyimpanan ini," ujarnya.
Sebuah foto yang ditampilkan oleh Netanyahu selama pidatonya menunjukkan pintu masuk ke pabrik rudal diambil di tanah di Beirut. Gambar ini mencoba memperlihatkan aset intelijen Israel berhasil mengetahuinya.
Militer Israel juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah melaporkan situs tersebut dan lainnya. "Berkali-kali, baik ke PBB dan jaringan diplomatik tambahan, serta melalui berbagai saluran media," terang Netanyahu.
Klaim Netanyahu langsung dibantah oleh diplomat Iran Mohammad Reza Sahraei di Majelis Sidang. Dia mengatakan tuduhan tidak beralasan dan tidak berdasar.
Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, juga membantah keberadaan situs rudal. Dia menuduh Netanyahu mencoba memprovokasi orang Lebanon untuk melawan gerakan Syiah.
Pusat media Hizbullah pun kemudian membawa sekelompok besar jurnalis untuk melihat-lihat tempat yang disinggung oleh Netanyahu. Gedung tersebut digambarkan Hizbullah sebagai pabrik, terdapat mesin yang digunakan untuk memotong logam dan beberapa tabung gas.
"Tidak ada setitik pun dari apa yang dikatakan Netanyahu di pabrik ini. Ini adalah pabrik pribadi yang membuat potongan logam, dengan mesin pemotongan laser dan semacamnya, itu saja," kata pengoperasi pabrik, Mohammad Rammal.
Lebanon telah didorong hingga mencapai titik puncaknya oleh krisis keuangan dan ledakan besar Agustus di pelabuhan Beirut. Peristiwa ledakan yang menewaskan hampir 200 orang, menurut pihak berwenang, akibat amonium nitrat yang sangat eksplosif setelah disimpan dalam penyimpanan yang buruk selama bertahun-tahun.