Rabu 30 Sep 2020 15:57 WIB

Joe Biden: Donald Trump Presiden Terburuk AS

Joe Biden dan Donald Trump saling serang dalam debat perdana capres AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden
Foto: AP/Patrick Semansky
Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden mengkritisi kinerja pejawat Donald Trump dalam penanganan pandemi Covid-19, termasuk dampak yang ditimbulkannya. Biden menyebut Trump sebagai presiden terburuk yang dimiliki AS.

Biden mengatakan pemerintahan Trump tidak memiliki rencana penanganan wabah Covid-19. Hal itu menjadi salah satu penyebab mengapa kasus virus corona di AS merupakan yang tertinggi di dunia. Saat ini totalnya mencapai 7,1 juta kasus dengan korban meninggal lebih dari 205 ribu jiwa.

Baca Juga

Trump menuduh Biden ingin agar shut down atau penutupan diberlakukan dalam penanganan pandemi Covid-19. Trump menilai, negara bagian-negara bagian di AS mesti dibuka kembali. "Orang tahu apa yang harus dilakukan, mereka bisa (lakukan) jarak sosial, mereka bisa mereka pakai masker, mereka bisa melakukan apa pun yang mereka mau. Kami harus membuka negara bagian ini. Orang ini (Biden) akan menutup seluruh negeri," kata Trump, dalam debat yang dilangsungkan di Cleveland, Ohio, pada Selasa (29/9), dikutip laman Aljazirah.

“Dia akan menjadi presiden pertama AS yang meninggalkan jabatannya dengan pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan ketika dia pertama kali terpilih. Anda tidak dapat memperbaiki ekonomi sampai Anda memperbaiki krisis Covid," kata Biden menyergah.

Trump sempat menyela kembali pernyataan Biden. Tapi Biden melanjutkan dengan mengatakan "Anda adalah presiden terburuk yang pernah dimiliki negara ini."

Pada 4 Agustus lalu, Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan tentang keadaan ketenagakerjaan di Negeri Paman Sam. Dalam laporan itu disebutkan bahwa sejak Januari 2017 atau tepatnya saat Trump resmi menjabat, AS kehilangan 4,7 juta pekerjaan. Kalangan pengusaha menambahkan sekitar 1,4 juta pekerjaan. Hal tersebut membawa tingkat pengangguran menjadi 8,4 persen. Angka itu masih jauh dari apa yang dibutuhkan Trump untuk membuat rekor pekerjaan yang positif pada 3 November, yakni saat pilpres dihelat.

Dilaporkan CNN, dalam 80 tahun terakhir, satu-satunya presiden AS yang mengalami kehilangan jumlah pekerjaan terbesar antara pelantikan dan perhelatan pemilu berikutnya adalah George W. Bush. Sebanyak 605 ribu pekerjaan hilang hingga September 2004. Itu karena apa yang disebut "pemulihan pengangguran" setelah resesi yang dipicu the dot-com bubble.

Sebagian besar pekerjaan yang hilang pada era Trump memang dipicu oleh pandemi Covid-19. Dia telah berjanji bahwa setelah pandemi berakhir, jumlah ketersediaan pekerjaan akan membaik. Namun, data menunjukkan bahwa perolehan pekerjaan pemerintahan Trump sebelum pandemi hanya rata-rata dibandingkan para pendahulunya.

Terdapat 6,8 juta pekerjaan yang ditambahkan antara Januari 2017 dan Februari 2020. Ia bertambah lima persen sejak Trump menduduki kursi presiden. Diukur berdasarkan persentase, itu hanya menempati rekor terbaik ke-11 dari 20 masa jabatan presiden terakhir. Persentase keuntungan terbaik terjadi pada periode antara 1941 dan 1944, yakni ketika akhir dari Depresi Besar dan masuknya AS ke dalam Perang Dunia II. Kala itu pemerintahan Franklin D. Roosevelt menghasilkan 21 persen pertambahan dalam pekerjaan selama masa jabatan ketiganya.

Kendati kinerja dalam pertambahan persentase jumlah pekerjaannya biasa-biasa saja, bukan berarti peluang Trump untuk terpilih kembali sebagai presiden akan menipis. Hal itu, nyatanya tak berlaku pada George W. Bush yang terpilih kembali pada 2004. Dia terbantu oleh ekonomi yang menambah 1,5 juta pekerjaan antara Januari dan September tahun itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement